Ilustrasi: Simbol Kitab Suci dan Pena.
Ayat Alkitab 1 Raja-raja 1:13 membawa kita pada momen krusial dalam sejarah Israel, tepatnya saat Raja Daud sedang berada di akhir masa pemerintahannya. Ayat ini mencatat percakapan penting yang terjadi antara Batsyeba, ibu dari Salomo, dengan Nabi Natanael. Percakapan ini muncul sebagai respons terhadap tindakan Adonia, putra tertua Daud yang masih hidup, yang secara diam-diam mengangkat dirinya sebagai raja. Tindakan ini dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Raja Daud sendiri, menciptakan situasi yang penuh ketegangan dan potensi konflik suksesi.
Natanael datang kepada Batsyeba dengan sangat mendesak, menyampaikan berita yang mengejutkan: "Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia, anak Hagit, telah menjadi raja, sedang tuanku Daud tidak mengetahuinya?" Pesan ini menggarisbawahi betapa Adonia berusaha merebut takhta dengan cara yang licik dan tersembunyi. Dia tampaknya telah menggalang dukungan dari beberapa tokoh penting, termasuk Yoab, panglima tentara, dan Abyatar, seorang imam, yang mungkin melihatnya sebagai pilihan yang lebih kuat atau lebih mudah dikendalikan dibandingkan Salomo.
Reaksi Batsyeba dan Natanael terhadap berita ini sangat penting. Mereka memahami implikasi dari tindakan Adonia. Jika Adonia berhasil mengukuhkan klaimnya sebagai raja tanpa campur tangan Daud, maka Salomo, pewaris yang sebenarnya telah dijanjikan oleh Daud melalui firman Tuhan, akan kehilangan haknya. Ini bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga soal kedaulatan ilahi yang telah dinyatakan melalui nabi-nabi dan janji Tuhan kepada Daud.
Peristiwa ini menunjukkan bagaimana intrik politik dan ambisi pribadi bisa muncul bahkan di lingkungan istana kerajaan. Adonia, dengan memproklamirkan dirinya sebagai raja, menunjukkan ambisinya yang besar, namun juga ketidakbijaksanaannya karena mengabaikan kehendak ayahnya dan, yang lebih penting, kehendak Tuhan. Tindakan Natanael yang segera memberitahukan Batsyeba adalah langkah awal dalam upaya untuk memastikan bahwa suksesi berjalan sesuai dengan rencana ilahi, bukan berdasarkan manipulasi atau kekuatan fisik semata.
Kisah ini menegaskan bahwa dalam setiap masa, terutama saat-saat transisi kepemimpinan, sangat penting untuk memastikan bahwa segala sesuatu dilakukan dengan terang, jujur, dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Pengabaian terhadap prinsip-prinsip ini dapat membawa kekacauan dan ketidakadilan. 1 Raja-raja 1:13 adalah pengingat bahwa meskipun manusia merencanakan, Tuhanlah yang berdaulat, dan kehendak-Nya pada akhirnya akan terlaksana, seringkali melalui orang-orang yang setia dan berani bertindak untuk kebenaran. Percakapan antara Batsyeba dan Natanael ini menjadi titik balik yang mengarah pada pengukuhan Salomo sebagai raja Israel yang sah, sesuai dengan janji Tuhan kepada Daud.
Dalam konteks yang lebih luas, kisah ini juga mengajarkan pentingnya waspada terhadap segala bentuk upaya untuk menggagalkan rencana Tuhan melalui cara-cara yang tidak jujur. Kebenaran dan keadilan pada akhirnya akan menang, namun prosesnya seringkali membutuhkan kesadaran, keberanian, dan tindakan yang cepat dari mereka yang peduli terhadap kehendak ilahi.