Tentang penobatan Daud pada masa tuanya dan suksesi takhta serta persiapannya menghadapi kematian.
Simbol Takhta dan Mahkota
Kitab 1 Raja-Raja, yang melanjutkan narasi dari Kitab Samuel, diawali dengan gambaran dramatis mengenai masa tua Raja Daud. Pada usianya yang renta, tubuhnya semakin lemah, dan ia tidak mampu lagi menghangatkan diri dengan selimut, meskipun ada berbagai upaya yang dilakukan oleh para pengawalnya. Situasi ini menciptakan kekosongan kekuasaan yang potensial dan memicu ambisi di antara keturunan Daud untuk merebut takhta. Adoniyah, putra Daud yang tertua dan lahir setelah Amnon dan Kileab, melihat ini sebagai kesempatannya. Dengan dukungan dari Yoab, panglima tentara, dan Abyatar, seorang imam, Adoniyah secara diam-diam mempersiapkan penobatannya sebagai raja. Ia mengadakan pesta besar, mengundang para pembesar kerajaan, kecuali mereka yang dekat dengan Salomo.
Sementara Adoniyah melancarkan rencananya, Nabi Natan menyadari bahaya yang mengancam kesetiaan terhadap takhta yang sah dan visi Allah. Natan segera bertindak dengan cerdik. Ia mendatangi Batsyeba, ibu Salomo, dan mengingatkannya tentang janji Daud yang telah mengukuhkan Salomo sebagai pewaris takhta. Bersama-sama, Natan dan Batsyeba menghadap Raja Daud dan menyampaikan situasi yang sebenarnya: Adoniyah telah menobatkan dirinya sebagai raja, sebuah tindakan pemberontakan yang membahayakan seluruh kerajaan. Mendengar laporan ini, Daud, meskipun lemah, menegaskan kembali keputusannya. Ia memerintahkan agar Salomo, putra yang dikasihinya, diurapi sebagai raja.
Proses penobatan Salomo berlangsung dengan cepat dan khidmat. Daud memerintahkan agar Salomo diarak dengan keledai tunggangannya, diiringi sorak-sorai dari rakyat yang setia. Imam Zadok dan Nabi Natan memimpin upacara pengurapan di Gihon. Suara terompet dan kegembiraan rakyat terdengar hingga ke istana, memberitahukan kepada semua orang bahwa Salomo telah dinobatkan menjadi raja. Berita ini sampai kepada Adoniyah dan para pendukungnya yang sedang berpesta, membuat mereka ketakutan dan segera membubarkan diri. Adoniyah sendiri mencari perlindungan di mezbah. Salomo menunjukkan belas kasihan awal dengan menyatakan bahwa jika Adoniyah bertindak setia, tidak ada sehelai rambut pun dari kepalanya yang akan jatuh.
Menyadari ajalnya semakin dekat, Raja Daud memanggil Salomo. Dalam pesan terakhirnya, Daud memberikan nasihat penting kepada Salomo. Ia menekankan pentingnya menaati perintah Allah, menjaga hukum Taurat, dan bertindak sesuai dengan ajaran-Nya. Daud mengingatkan Salomo tentang tanggung jawabnya untuk memimpin umat Allah dengan adil dan bijaksana. Ia juga memberikan instruksi spesifik mengenai penanganan beberapa tokoh penting di kerajaannya, termasuk Yoab dan Simei, yang pernah menunjukkan ketidaksetiaan. Daud berpesan agar Salomo bersikap bijak dalam menghadapi mereka, menunjukkan bahwa kepemimpinan yang kuat bukan berarti kekejaman, tetapi kebijaksanaan yang dipandu oleh iman.
Pada akhirnya, Daud meninggal dunia setelah memerintah selama empat puluh tahun di Israel. Takhta kerajaan kini sepenuhnya berada di tangan Salomo, yang harus menghadapi tantangan untuk melanjutkan warisan ayahnya dan membangun masa depan bagi kerajaan Israel. Pasal-pasal ini menjadi fondasi penting yang mengawali masa pemerintahan Salomo, menandai transisi kepemimpinan yang penuh dengan intrik, kesetiaan, dan persiapan untuk era baru kemakmuran dan kebijaksanaan.
Untuk mempelajari lebih lanjut, Anda dapat membaca 1 Raja-Raja 1-2.