"Maka jawablah orang banyak itu, 'Selamatlah tuanku raja Daud!'."
Kisah dari Kitab 1 Raja-raja pasal 1, khususnya ayat 43, menyajikan momen krusial dalam transisi kekuasaan di Israel. Peristiwa ini terjadi ketika Adonia, putra tertua Daud yang masih hidup saat itu, mencoba mengambil takhta sebelum Daud wafat sepenuhnya. Ia mengadakan perjamuan besar dan menyatakan dirinya sebagai raja, mengundang para petinggi kerajaan dan bahkan Yonatan, putra Imam Besar Abia-tar. Keberanian Adonia didukung oleh kekuatan militer di pihak Rechoboam dan para prajurit. Namun, niatnya ini mendapat perlawanan dari kelompok lain yang setia kepada Bathsheba dan Nabi Natan.
Ayat 43 menjadi penegasan atas reaksi rakyat terhadap penobatan yang sah. Ketika Nabi Natan dan Imam Besar Zadok bergegas menghadap Raja Daud untuk melaporkan tindakan Adonia dan meminta campur tangan raja, Daud memberikan perintah yang tegas. Ia memerintahkan agar Salomo, putra yang dipilihnya, diarak ke Guhon. Para pengawal raja, termasuk Benaia, putra Yoyada, diperintahkan untuk mengawal Salomo. Di sana, Salomo diurapi sebagai raja oleh Imam Besar Zadok dan Nabi Natan.
Teriakan yang terdengar setelah Salomo diurapi adalah respons rakyat yang melihat keabsahan dan legitimasi penobatan tersebut. "Selamatlah tuanku raja Daud!" adalah ungkapan kegembiraan dan persetujuan mereka atas pilihan raja yang telah ditetapkan oleh Daud. Ini bukan sekadar sorakan biasa, tetapi penegasan dukungan rakyat kepada kepemimpinan Salomo, yang diangkat sesuai dengan kehendak raja Daud dan, dari perspektif keagamaan, juga kehendak ilahi. Peristiwa ini menandai akhir dari perebutan kekuasaan yang potensial dan dimulainya era pemerintahan Salomo.
Konteks ayat ini menunjukkan pentingnya pengurapan dan pengakuan publik dalam menetapkan seorang pemimpin. Rakyat bersorak karena mereka melihat Salomo dinobatkan dengan cara yang benar, dikonfirmasi oleh raja dan para pelayan utama kerajaan. Ini menciptakan stabilitas dan keharmonisan, mengakhiri ketidakpastian yang sempat muncul akibat ambisi Adonia. Peristiwa ini juga menggarisbawahi peran raja dalam menunjuk penggantinya dan bagaimana keputusan raja yang bijaksana, didukung oleh para penasihat yang setia, dapat membawa kedamaian bagi seluruh negeri.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang sah dan bagaimana dukungan rakyat menjadi faktor penentu. Pernyataan "Selamatlah tuanku raja Daud!" sekaligus menunjukkan rasa hormat kepada raja yang tua dan kesetiaan kepada raja yang baru diangkat. Ini adalah momen yang penuh makna, menandai kelanjutan garis keturunan raja dan kesinambungan pemerintahan Israel di bawah bimbingan ilahi. Kehidupan Daud sebagai raja telah mencapai puncaknya, dan kini ia menyerahkan estafet kepemimpinan kepada putranya, Salomo, dengan restu dan dukungan penuh dari rakyatnya.
Dengan penobatan Salomo yang sah dan dukungan rakyat yang begitu antusias, Israel bersiap memasuki periode baru yang penuh harapan. Ayat ini, meskipun singkat, menyimpan narasi penting tentang kekuasaan, legitimasi, dan transisi kepemimpinan yang dilakukan dengan cara yang menghormati tradisi dan kehendak ilahi.