1R

1 Raja-raja 11:10 - Kejatuhan Salomo Akibat Penyembahan Berhala

"Sesudah itu, TUHAN menjadi murka kepada Salomo, karena hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah menampakkan diri kepadanya dua kali."

Ayat ini dari kitab 1 Raja-raja memaparkan sebuah momen krusial dalam sejarah Israel dan kehidupan Raja Salomo. Salomo, yang dikenal karena hikmat luar biasa yang dianugerahkan oleh Tuhan, serta kekayaan dan kemakmuran kerajaannya, ternyata tidak luput dari kejatuhan moral dan spiritual. Ayat 1 Raja-raja 11:10 secara tegas menyatakan bahwa Tuhan menjadi murka kepadanya. Kemarahan ilahi ini bukanlah tanpa sebab; akar masalahnya terletak pada penyimpangan hatinya dari jalan Tuhan.

Konteks sejarah yang mendahului ayat ini menceritakan tentang kebesaran Salomo. Ia membangun Bait Suci yang megah di Yerusalem, sebuah simbol kehadiran Tuhan di antara umat-Nya. Ia juga memerintah dengan bijaksana, menegakkan keadilan, dan membawa Israel menuju masa keemasan. Keberhasilan dan kemuliaan ini adalah buah dari hubungannya yang dekat dengan Tuhan. Namun, seperti banyak kisah lainnya dalam Kitab Suci, cerita Salomo mengajarkan bahwa status, kekayaan, atau bahkan masa lalu yang saleh tidak menjamin seseorang tetap teguh dalam iman.

Penyebab utama kemurkaan Tuhan adalah hati Salomo yang telah "menyimpang". Ini bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan sebuah pergeseran fundamental dalam prioritas dan kesetiaannya. Kitab ini merinci bagaimana Salomo, melalui pernikahan politiknya dengan banyak putri asing dari bangsa-bangsa yang tidak menyembah Tuhan, secara perlahan tapi pasti mulai mengikuti dan mentoleransi penyembahan berhala di istananya. Ia membangun tempat-tempat ibadah bagi dewa-dewa para istrinya, seperti Dewa Kemos dari Moab dan Dewa Molekh dari bani Amon. Tindakan ini jelas merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum Taurat Tuhan yang melarang penyembahan kepada allah lain.

Penting untuk digarisbawahi bahwa Tuhan "telah menampakkan diri kepadanya dua kali." Ini menunjukkan bahwa Tuhan telah memberikan kesempatan dan bahkan berinteraksi langsung dengan Salomo, menawarkan bimbingan dan janji. Penampakan pertama terjadi saat Salomo masih muda, memohon hikmat dari Tuhan, dan Tuhan mengabulkannya. Penampakan kedua juga terjadi, meneguhkan perjanjian-Nya dengan Salomo. Namun, meskipun telah menerima anugerah dan perkenanan ilahi yang begitu besar, Salomo tetap memilih untuk mengkhianati kepercayaan Tuhan. Kekecewaan dan kemarahan Tuhan dapat dipahami dalam konteks pengkhianatan ini.

Dampak dari penyimpangan hati Salomo ini sangat signifikan. Hal itu tidak hanya berujung pada teguran ilahi, tetapi juga pada konsekuensi yang akan menimpa kerajaannya. Tuhan menyatakan bahwa Kerajaan Israel akan terkoyak dan diberikan kepada hamba-hambanya, meskipun tidak pada masa pemerintahan Salomo sendiri karena belas kasihan Tuhan kepadanya dan kepada Yerusalem. Pelajaran dari 1 Raja-raja 11:10 ini tetap relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa hubungan dengan Tuhan memerlukan kesetiaan yang berkelanjutan dan hati yang teguh. Godaan untuk menyimpang, baik melalui kesombongan, pengejaran materi duniawi, atau kompromi moral, selalu ada. Namun, hikmat sejati terletak pada menjaga hati tetap fokus kepada Tuhan, seperti yang seharusnya terus dilakukan oleh Raja Salomo.