"Maka yang demikian biarlah ditimpakan TUHAN kepada aku, bahkan lebih lagi, jikalau bukan dengan persetujuan ayaku Daud untuk membunuh aku, dan jikalau bukan dengan tangannya sendiri yang telah bersumpah, maka takkan terlepas nyawa Adonia dari hukuman."
Ayat 1 Raja-Raja 2:24 ini diucapkan oleh Salomo, raja Israel yang baru saja menggantikan ayahnya, Daud. Ayat ini merupakan respons Salomo terhadap tindakan Adonia, saudara tirinya, yang mencoba merebut takhta Israel saat Daud masih hidup dan kemudian melakukan tindakan yang bisa dianggap sebagai pemberontakan pasca-kematian Daud. Ketika Adonia meminta Abisag Sunam, selir mendiang raja Daud, untuk menjadi istrinya, tindakan ini ditafsirkan sebagai klaim atas takhta, sebuah tradisi yang telah terjadi sebelumnya.
Salomo, dengan penuh ketegasan, menyatakan bahwa tindakan Adonia ini tidak akan terlepas dari konsekuensi hukum. Ia bersumpah demi TUHAN, menggarisbawahi keseriusan dan keadilan yang akan ditegakkan. Frasa "jikalau bukan dengan persetujuan ayaku Daud untuk membunuh aku, dan jikalau bukan dengan tangannya sendiri yang telah bersumpah, maka takkan terlepas nyawa Adonia dari hukuman" menunjukkan bahwa Salomo sangat yakin atas keputusannya. Ia mengaitkan hukuman Adonia dengan keabsahan kekuasaannya yang diwariskan dari Daud, serta ketidakbersalahan dirinya dalam mengambil tindakan tersebut, yang didasarkan pada pemahaman hukum dan adat istiadat yang berlaku.
Ayat ini mengajarkan pentingnya ketegasan dalam menegakkan keadilan, terutama bagi seorang pemimpin. Salomo tidak ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap Adonia, meskipun Adonia adalah saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip keadilan dan stabilitas kerajaan harus didahulukan daripada hubungan keluarga belaka, terutama ketika ada ancaman terhadap kedaulatan.
Selain itu, ayat ini juga menyoroti pentingnya kejujuran dan kebenaran dalam setiap tindakan. Salomo tidak bertindak sembarangan, melainkan berdasarkan apa yang ia yakini sebagai kebenaran dan haknya berdasarkan titah ayahnya dan adat istiadat. Penggunaan sumpah demi TUHAN menegaskan keseriusan dan keyakinannya akan kejujuran niatnya. Dalam konteks kehidupan modern, pelajaran ini relevan dalam menghadapi situasi yang menuntut keputusan sulit, di mana kita perlu bersikap tegas namun tetap berpegang pada prinsip kebenaran dan keadilan.
Keputusan Salomo ini juga mencerminkan hikmat dalam mengamankan kerajaannya. Dengan segera mengatasi potensi pemberontakan, ia memastikan periode transisi kekuasaan yang relatif stabil. Ini memberikan contoh bagi para pemimpin untuk proaktif dalam mencegah masalah yang dapat mengganggu kedamaian dan ketertiban. Ketegasan yang dilakukan dengan dasar yang kuat dan niat yang tulus adalah kunci untuk menjaga integritas dan otoritas.