Kisah dalam Kitab 1 Raja-Raja, khususnya pasal 2, menyoroti peristiwa penting dalam transisi kepemimpinan Israel setelah kematian Raja Daud. Ayat ke-30 dari pasal ini, "Dan ketika ia sampai kepada mezbah itu, ia berpegang pada tanduk-tanduk mezbah itu," menceritakan sebuah momen krusial dalam penggenapan nubuat dan penghakiman ilahi yang telah diucapkan Daud. Peristiwa ini terkait erat dengan nama Yoab, panglima tentara Daud, yang pada masa hidupnya telah melakukan tindakan-tindakan berdarah demi mempertahankan posisinya, termasuk pembunuhan Abner dan Amasa. Meskipun Yoab telah melayani Daud dengan setia dalam banyak pertempuran, tindakannya yang tidak bermoral membuatnya berhak menerima konsekuensi ilahi.
Nubuatan yang diucapkan Daud melalui firman Tuhan kepada Zakharia, anak Yoyada, telah dinubuatkan sebelumnya, yaitu bahwa keturunan Zakharia akan menerima upah atas pembunuhan yang dilakukan Yoab. Ayat ini menjadi saksi bisu bagaimana nubuat tersebut mulai digenapi. Ketika Adoniah, salah satu putra Daud yang mencoba merebut takhta, mencari perlindungan di mezbah, Yoab juga mendapati dirinya dalam situasi yang sama. Keputusannya untuk berpegang pada tanduk mezbah adalah tindakan klasik untuk mencari perlindungan. Di zaman kuno, mezbah sering dianggap sebagai tempat suci dan tempat perlindungan bagi mereka yang mencari pengampunan atau perlindungan dari hukuman. Namun, perlindungan ini memiliki batas, terutama ketika pelakunya adalah orang yang telah melakukan kejahatan besar dan menentang kehendak Tuhan.
Penyebutan "tanduk-tanduk mezbah" merujuk pada bagian-bagian menonjol dari mezbah korban bakaran di Kemah Suci. Ini adalah simbol otoritas dan perlindungan ilahi. Dengan berpegang pada tanduk-tanduk ini, seseorang secara harfiah mencari perlindungan di hadapan Tuhan. Namun, dalam konteks ini, tindakan Yoab tampaknya merupakan upaya untuk lari dari keadilan yang seharusnya ia terima. Solomom, putra Daud yang kini menjadi raja, diperintahkan oleh ayahnya untuk tidak membiarkan uban Yoab turun ke dunia orang mati dengan damai, sebagai akibat dari perbuatan jahatnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun mezbah menawarkan perlindungan, itu tidak dapat menggantikan keadilan ilahi dan tanggung jawab moral.
Kisah ini mengingatkan kita akan prinsip keadilan dan tanggung jawab. Setiap tindakan, baik yang baik maupun yang buruk, memiliki konsekuensi. Perlindungan di tempat kudus adalah untuk mereka yang bertobat dan mencari pengampunan dari Tuhan, bukan sebagai cara untuk menghindari hukuman atas dosa yang disengaja. Yoab, meskipun memiliki peran penting dalam kerajaan Israel, tidak luput dari pengadilan ilahi. Nubuat yang diucapkan Daud bukan sekadar ancaman, melainkan pernyataan kebenaran ilahi yang memastikan bahwa kejahatan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan. Peristiwa ini menegaskan bahwa tidak ada yang dapat bersembunyi dari pandangan Tuhan, dan keadilan-Nya akan selalu ditegakkan, meskipun kadang-kadang melalui cara-cara yang tampak tragis bagi manusia.
Dalam pandangan yang lebih luas, ayat ini adalah pengingat tentang kesetiaan Tuhan pada firman-Nya. Apa yang telah difirmankan-Nya pasti akan terjadi. Nubuatan melalui Zakharia kepada Daud, yang kemudian diteruskan kepada Salomo, akhirnya tergenapi di hadapan mata. Hal ini memperkuat keyakinan pada otoritas firman Tuhan dan kebenaran kekal-Nya. Ini adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang pemerintahan Allah yang adil dan bagaimana Ia memelihara ketertiban di dunia-Nya.