"Berkatalah engkau kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh, dan engkau juga akan membunuh! Dan di tempat anjing menjilati darah Nabot, darahmu juga akan dijilat anjing."
Ilustrasi: Pesan ilahi yang disampaikan Elia.
Ayat 1 Raja-raja 21:18 ini muncul dalam salah satu narasi paling dramatis dalam Perjanjian Lama, yaitu kisah tentang kebun anggur Nabot orang Yizreel. Raja Ahab, yang memerintah Kerajaan Israel Utara, menginginkan kebun anggur Nabot untuk dijadikan kebun sayuran. Namun, Nabot menolak menjual atau menukarnya, karena kebun itu adalah warisan keluarganya. Ketidakpuasan Ahab terlihat jelas, yang bahkan membuatnya murung hingga istrinya, Izebel, yang berasal dari Sidon, merencanakan cara licik untuk merebut kebun itu.
Izebel, yang memiliki pengaruh besar atas Ahab, mengatur agar Nabot dituduh menghujat Allah dan raja. Tuduhan palsu ini menyebabkan Nabot dan anak-anaknya dirajam batu sampai mati. Setelah Nabot meninggal, Ahab bergegas untuk mengklaim kebun anggur yang kini menjadi miliknya. Peristiwa ini menunjukkan betapa dalamnya kebobrokan moral dan keadilan yang terjadi di bawah pemerintahan Ahab, terutama dipengaruhi oleh Izebel yang menganut praktik-praktik pagan dan kejam.
Di tengah ketidakadilan yang mengerikan ini, Tuhan mengutus nabi-Nya, Elia, untuk menghadapi Ahab. Elia bertemu dengan Ahab di kebun anggur Nabot, dan di sanalah firman Tuhan disampaikan dengan tegas melalui nabi-Nya. Ayat 1 Raja-raja 21:18 adalah inti dari nubuatan penghakiman yang disampaikan Elia kepada Ahab. Kata-kata ini bukan sekadar ancaman, melainkan pernyataan keadilan ilahi yang tak terelakkan atas dosa pembunuhan dan perampasan yang dilakukan oleh raja dan keluarganya.
Nubuatan Elia sangat spesifik dan brutal. Frasa "di tempat anjing menjilati darah Nabot, darahmu juga akan dijilat anjing" menggemakan hukuman yang sama yang akan menimpa Ahab. Ini adalah gambaran yang mengerikan tentang kematian yang hina, di mana tubuh raja akan diperlakukan seperti binatang buas, sebuah akhir yang sangat kontras dengan kehormatan seorang raja. Pesan ini menekankan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan ketidakadilan dan kejahatan berlalu begitu saja. Keadilan-Nya, meskipun kadang tertunda, pasti akan datang.
Kisah Nabot dan penghakiman atas Ahab melalui nubuatan Elia mengajarkan banyak hal. Pertama, ini adalah peringatan keras tentang bahaya keserakahan dan penyalahgunaan kekuasaan. Ketika pemimpin negara mengabaikan hukum Tuhan dan hak sesama warga demi keuntungan pribadi, murka ilahi akan menyusul. Kedua, ayat ini menegaskan bahwa tidak ada tindakan kejahatan yang tersembunyi dari pandangan Tuhan. Sejarah mencatat bahwa Ahab akhirnya mati dalam pertempuran, dan tubuhnya memang dijilat anjing seperti yang dinubuatkan oleh Elia, meskipun mungkin tidak secara harfiah di tempat yang sama persis seperti Nabot. Cerita ini adalah pengingat abadi tentang kebenaran firman Tuhan dan keteguhan-Nya dalam menegakkan keadilan di dunia ini dan di akhirat.