1 Raja-raja 21:25

Ketika Ahas Menikahi Yezebel, Seorang Raja yang Sesat

Ilustrasi simbolis mengenai kepemimpinan dan pengaruh negatif Pemimpin Yezebel
"Maka ia mendirikan mezbah bagi Baal di kuil Baal, yang didirikannya di Samaria." (1 Raja-raja 21:32)

Ayat 1 Raja-raja 21:25 menandai sebuah titik balik yang sangat kelam dalam sejarah Israel, khususnya kerajaan utara. Ayat ini tidak secara langsung menyebutkan tindakan Ahas menikahi Yezebel. Sebaliknya, ia merujuk pada konsekuensi dari tindakan raja sebelumnya, yaitu Ahab, yang mengambil Yezebel, putri Etbaal raja orang Sidon, sebagai istrinya. Pernikahan ini, meskipun tidak tercatat detailnya di pasal ini, memiliki dampak yang menghancurkan dan mendalam pada spiritualitas bangsa Israel. Yezebel dikenal sebagai seorang penyembah berhala yang fanatik dan kuat, yang membawa serta kultus Baal dan Asyera ke dalam istana Israel.

Pernikahan antara Ahab dan Yezebel, yang dibahas konteksnya secara luas di seluruh kitab 1 dan 2 Raja-raja, merupakan contoh tragis bagaimana pemimpin yang lemah dalam iman dapat membawa seluruh umatnya kepada kehancuran rohani. Yezebel tidak hanya menjadi ratu, tetapi juga kekuatan di balik tahta yang mendorong Ahab, dan melalui Ahab, seluruh Israel, untuk meninggalkan penyembahan kepada TUHAN, Allah Israel. Ia secara aktif menganiaya nabi-nabi TUHAN dan mempromosikan penyembahan berhala Baal dengan segala kebejatan dan kekejamannya.

Dampak dari pengaruh Yezebel terlihat jelas dalam ayat-ayat berikutnya. Misalnya, dalam 1 Raja-raja 21:25 (dalam terjemahan lain, bisa merujuk pada pasal 16 ayat 31-33 yang menggambarkan tindakan Ahab di bawah pengaruh Yezebel), disebutkan bahwa Ahab melakukan lebih banyak hal untuk membangkitkan murka TUHAN, Allah Israel, daripada semua raja Israel sebelum dia. Ini termasuk mendirikan mezbah bagi Baal di kuil Baal di Samaria dan mempromosikan kultus kepada dewa-dewi asing tersebut. Ini adalah bukti nyata bagaimana keputusan pribadi seorang raja, terutama melalui pernikahan dengan tokoh yang memiliki keyakinan bertentangan, dapat mengarah pada penyimpangan agama dan moral skala nasional.

Kisah ini menjadi peringatan abadi tentang pentingnya integritas spiritual dalam kepemimpinan. Ketika pemimpin tunduk pada pengaruh yang menyesatkan atau secara aktif mempromosikan penyembahan berhala dan praktik yang bertentangan dengan firman Tuhan, kehancuran moral dan spiritual adalah harga yang harus dibayar. Umat yang dipimpinnya menjadi rentan terhadap penyimpangan dan menjauh dari jalan kebenaran, seperti yang dialami oleh bangsa Israel di bawah pemerintahan Ahab dan pengaruh Yezebel yang kuat. Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan tanggung jawab kepemimpinan dan pentingnya menjaga kemurnian iman, baik dalam kehidupan pribadi maupun publik.