1 Raja-raja 22:4 - Nubuat, Pertobatan, dan Pilihan

"Tetapi raja Yoas bertanya kepada imam-imam yang lain, "Bukankah semua imam TUHAN yang lain itu seperti Mikha? Betapa pun ia bernubuat yang baik atau yang buruk, firman TUHAN, Allahku, akan disampaikannya."

Ayat ini berasal dari Kitab 1 Raja-raja pasal 22, sebuah kisah yang penuh drama mengenai strategi perang, nubuat, dan iman di bawah pemerintahan Raja Ahab dari Israel dan Raja Yosafat dari Yehuda. Dalam konteks ini, Raja Yosafat bertanya kepada Raja Ahab tentang nasihat para nabi mengenai rencana mereka untuk berperang melawan Aram di Ramot-Gilead. Raja Ahab telah mengumpulkan empat ratus nabi, yang semuanya sepakat untuk memberikan dorongan positif dan meyakinkan kedua raja akan kemenangan.

Namun, ada keraguan dalam diri Raja Yosafat. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan kesepakatan para nabi tersebut. Ia menanyakan kepada Raja Ahab, "Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, yang dapat kita mintai petunjuk?" Pertanyaan ini menggiring pada pengungkapan tentang seorang nabi lain, yaitu Mikha bin Yimla, yang dikenal memiliki cara penyampaian yang berbeda, seringkali tidak menyenangkan bagi para penguasa. Kata-kata Raja Yosafat, "Betapa pun ia bernubuat yang baik atau yang buruk, firman TUHAN, Allahku, akan disampaikannya," menunjukkan bahwa ia menghargai kejujuran dan penyampaian firman Tuhan yang otentik, terlepas dari apakah itu sesuai dengan keinginan raja atau tidak.

Keberanian Raja Yosafat dalam mencari kebenaran dan kehati-hatiannya dalam menerima nubuat patut menjadi teladan. Di tengah tekanan politik dan keinginan untuk meraih kemenangan, ia tidak mau terbuai oleh pujian semata. Ia menginginkan firman Tuhan yang sejati, bahkan jika itu membawa kabar buruk atau peringatan. Ini adalah prinsip penting dalam kehidupan rohani kita: kita harus selalu mencari kebenaran yang murni, yang bersumber dari Firman Tuhan, dan tidak hanya mendengarkan apa yang ingin kita dengar atau apa yang membuat kita merasa nyaman.

Kisah ini juga menyoroti betapa pentingnya integritas para nabi dan keberanian mereka untuk menyampaikan kebenaran, bahkan ketika itu berisiko. Empat ratus nabi lainnya takut untuk mengatakan hal yang tidak disukai raja, namun Mikha, meskipun awalnya diragukan, akhirnya menyampaikan pesan yang sangat berbeda. Pesan Mikha adalah peringatan keras bahwa Israel akan kalah dalam pertempuran itu, dan Ahab akan mati. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak berkenan dengan apa yang dilakukan raja dan ia perlu bertobat.

Kisah ini memberikan kita pelajaran berharga tentang memilih sumber informasi dan nasihat. Dalam era informasi yang begitu melimpah, kita perlu bersikap kritis dan bijaksana. Carilah nasihat dari mereka yang takut akan Tuhan dan yang bersedia menyampaikan kebenaran dengan kasih, bukan dari mereka yang hanya ingin menyenangkan atau memanipulasi. Ingatlah bahwa Firman Tuhan adalah kompas kita, dan kita harus terus mengandalkannya untuk membimbing setiap langkah kita, terutama ketika menghadapi keputusan penting dalam hidup.

Hati Jujur Firman

Visualisasi: Pencarian Kebenaran dan Penerimaan Firman Tuhan.