"Dan ia membuat tiang-tiang ini dari tembaga; empat puluh hasta tingginya satu tiang, dan seutas tali berukuran dua belas hasta dapat mengelilingi keduanya."
Kisah pembangunan Bait Suci oleh Raja Salomo adalah narasi yang kaya akan detail arsitektural dan makna simbolis. Salah satu elemen yang paling mencolok adalah sepasang pilar tembaga besar yang ditempatkan di depan pintu masuk utama Bait Suci. Ayat 1 Raja-raja 7:17 secara khusus menggambarkan ukuran dan bahan dari pilar-pilar ini, memberikan gambaran tentang kemegahan yang tak tertandingi dari tempat ibadah ini. Pilar-pilar ini, yang diberi nama Yakim dan Boas, bukan sekadar ornamen, melainkan membawa pesan teologis yang mendalam bagi bangsa Israel pada masanya, dan masih relevan hingga kini.
Pilar-pilar ini, masing-masing setinggi empat puluh hasta (sekitar 18 meter) dengan lingkar dua belas hasta, terbuat dari tembaga murni yang diolah dengan sangat teliti. Tingginya yang menjulang menunjukkan kekuatan, kemantapan, dan keagungan. Dalam konteks Bait Suci, pilar-pilar ini berfungsi sebagai titik fokus visual yang mengantar para peziarah dan umat untuk memasuki hadirat Tuhan. Ketinggiannya yang luar biasa juga dapat diartikan sebagai jembatan antara dunia fana dan dunia ilahi, antara bumi dan surga.
Nama Yakim, yang berarti "Ia mendirikan" atau "kekuatan", dan Boas, yang berarti "di dalam Dia ada kekuatan", sendiri sudah mengandung makna yang kuat. Pilar-pilar ini secara kolektif mengingatkan bangsa Israel bahwa fondasi iman mereka, kekuatan mereka, dan kemantapan kerajaan mereka bergantung pada Tuhan sendiri. Mereka adalah pengingat visual bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan dibangun di atas kekuatan-Nya yang abadi. Di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, pilar-pilar ini menjadi penanda permanen tentang kehadiran Tuhan yang kokoh dan teguh.
Lebih dari sekadar simbol, pilar-pilar ini juga menunjukkan keahlian luar biasa yang diberikan Tuhan kepada para pengrajin dan tukang. Pembuatan pilar sebesar itu dari tembaga, dengan detail hiasan seperti jala dan delima yang sering disebut dalam deskripsi lain, memerlukan presisi, ketelitian, dan kerja keras. Ini menegaskan bahwa pembangunan Bait Suci bukan hanya urusan spiritual, tetapi juga melibatkan karya fisik yang luar biasa, yang semuanya dilakukan untuk kemuliaan Tuhan. Keindahan dan ketahanan material tembaga melambangkan ketahanan dan kemuliaan Tuhan yang tak tergoyahkan.
Dalam pandangan modern, terutama bagi umat Kristen, pilar-pilar ini seringkali dilihat sebagai bayangan atau tipe dari Kristus. Kristus adalah fondasi, kekuatan, dan pintu masuk kepada Allah. Melalui Dia, kita memiliki akses kepada Bapa, dan di dalam Dia, kita menemukan kekuatan sejati. Penggambaran pilar-pilar yang kokoh dan megah ini memberikan ilustrasi visual yang kuat tentang peran Kristus dalam kehidupan rohani kita.
Ilustrasi simetris yang melambangkan fondasi dan keagungan.
Dengan demikian, 1 Raja-raja 7:17 bukan hanya memberikan ukuran fisik dari pilar-pilar Bait Suci, tetapi juga membuka pemahaman tentang kekayaan makna teologis yang terkandung di dalamnya. Pilar-pilar Yakim dan Boas tetap menjadi pengingat abadi tentang kekuatan, kemantapan, dan keagungan Tuhan, serta tentang pentingnya membangun hidup kita di atas fondasi iman yang teguh.