doa

1 Raja-Raja 8:29: Doa Salomo di Bait Allah

"Kiranya mata-Mu terbuka siang dan malam ke atas rumah ini, ke atas bait yang Kau dirikan untuk nama-Mu, supaya Engkau mendengarkan doa hamba-Mu, yang dipanjatkan dengan pengabdian kepada-Mu, dan permohonan hamba-Mu ini, umat-Mu Israel.

Kitab 1 Raja-Raja mencatat sebuah momen monumental dalam sejarah Israel: peresmian Bait Allah yang megah di Yerusalem oleh Raja Salomo. Setelah bertahun-tahun perencanaan dan pembangunan yang luar biasa, dengan sumber daya yang melimpah dan kebijaksanaan yang dianugerahkan Tuhan, Salomo akhirnya dapat mempersembahkan rumah ibadah yang didedikasikan bagi Yang Mahakuasa. Puncak dari upacara peresmian ini adalah doa Salomo yang penuh dengan kerendahan hati dan pengakuan atas kebesaran Tuhan.

Ayat 1 Raja-Raja 8:29 menjadi inti dari doa tersebut, sebuah ungkapan harapan dan permohonan yang mendalam. Salomo memohon agar Tuhan senantiasa memperhatikan Bait Allah yang baru saja didirikan. Ia menggunakan frasa yang sangat kuat: "Kiranya mata-Mu terbuka siang dan malam ke atas rumah ini." Permohonan ini bukan sekadar permintaan untuk pengawasan fisik, melainkan permohonan agar kehadiran dan perhatian ilahi selalu menyertai tempat tersebut. Ini menunjukkan pemahaman Salomo bahwa Bait Allah bukanlah sekadar bangunan batu, melainkan tempat di mana umat dapat berjumpa dengan Tuhan.

Lebih lanjut, Salomo secara spesifik meminta agar Tuhan "mendengarkan doa hamba-Mu, yang dipanjatkan dengan pengabdian kepada-Mu, dan permohonan hamba-Mu ini, umat-Mu Israel." Di sini, Salomo memposisikan dirinya sebagai wakil dari seluruh umat Israel. Ia memohon agar doa-doa yang dipanjatkan di dalam Bait Allah, yang lahir dari hati yang tulus dan penuh pengabdian, tidak luput dari pendengaran Tuhan. Permohonan ini mencerminkan kerinduan untuk membangun hubungan yang berkelanjutan antara Tuhan dan umat-Nya, di mana komunikasi melalui doa menjadi jembatan.

Doa Salomo dalam ayat ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi umat beriman hingga kini. Pertama, pentingnya memiliki tempat khusus untuk beribadah dan berdoa, yang dapat menjadi pengingat akan kehadiran Tuhan. Kedua, penekanan pada kualitas doa itu sendiri – doa yang dipanjatkan dengan pengabdian, ketulusan, dan kerendahan hati lebih mungkin didengarkan. Ketiga, Salomo mengajarkan pentingnya doa syafaat bagi orang lain dan bagi komunitas umat. Ia tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk seluruh umat Israel.

Perhatian Tuhan yang terus-menerus ("siang dan malam") atas Bait Allah dan doa umat-Nya adalah janji yang menginspirasi. Ini menegaskan bahwa Tuhan tidak pernah lalai, Ia selalu siap mendengarkan dan menjawab mereka yang mencari-Nya dengan sungguh-sungguh. Peristiwa ini menjadi fondasi teologis yang kuat, menegaskan bahwa Tuhan berdiam di antara umat-Nya dan merespons mereka yang datang kepada-Nya melalui doa yang tulus di tempat yang telah dikuduskan bagi nama-Nya.