1 Raja-raja 8:5

"Dan raja Salomo mempersembahkan korban sembelihan — lembu sapi dua puluh dua ribu ekor, domba seratus dua puluh ribu ekor — demikianlah raja dan seluruh umat Israel mempersembahkan korban-korban itu di hadapan TUHAN."

Ayat 1 Raja-raja 8:5 merupakan sebuah gambaran yang luar biasa mengenai skala persembahan yang dilakukan oleh Raja Salomo dan seluruh umat Israel dalam momen pengudusan Bait Suci. Peristiwa ini tercatat dalam Kitab 1 Raja-raja, bagian dari Perjanjian Lama, yang mengisahkan tentang sejarah kerajaan Israel kuno, kekayaan dan kebijaksanaan Raja Salomo, serta pembangunan Bait Suci yang megah di Yerusalem. Ayat ini secara spesifik menyoroti jumlah korban sembelihan yang luar biasa: dua puluh dua ribu ekor lembu sapi dan seratus dua puluh ribu ekor domba. Angka-angka ini tidak hanya menunjukkan kemakmuran yang besar, tetapi juga kesungguhan dan semangat umat Israel dalam menghormati dan menyembah Tuhan.

Pembangunan Bait Suci merupakan puncak dari upaya Raja Daud yang diwariskan kepada Salomo. Bait Suci ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan representasi kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Oleh karena itu, pengudusannya dilakukan dengan upacara yang sangat besar, yang melibatkan seluruh bangsa. Persembahan korban sembelihan adalah bagian integral dari ibadah di zaman Perjanjian Lama, sebagai tanda penebusan dosa, pengucapan syukur, dan penyembahan. Jumlah yang begitu banyak dari lembu sapi dan domba menunjukkan skala pengorbanan yang dipersembahkan, mencerminkan dalamnya kerendahan hati dan penghormatan mereka kepada Sang Pencipta.

Dalam konteks Alkitab, persembahan yang melimpah seringkali menjadi indikator berkat dan kemakmuran yang Tuhan berikan kepada umat-Nya. Keberhasilan Salomo dalam membangun Bait Suci yang indah dan kokoh, serta kemampuan untuk menyediakan persembahan sebanyak itu, adalah bukti nyata dari berkat Tuhan atas Israel. Namun, lebih dari sekadar jumlah, makna di balik persembahan ini sangat mendalam. Persembahan ini merupakan ekspresi ketaatan dan iman, sebuah pengakuan bahwa segala yang mereka miliki berasal dari Tuhan dan harus dikembalikan kepada-Nya sebagai bentuk pengabdian.

Membaca ayat ini hari ini, kita dapat belajar beberapa hal penting. Pertama, pentingnya memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Meskipun kita tidak lagi melakukan persembahan korban binatang seperti di zaman Perjanjian Lama, semangat memberi yang terbaik dalam ibadah kita, pelayanan kita, dan hidup kita sehari-hari tetap relevan. Baik itu waktu, talenta, sumber daya, atau sekadar hati yang tulus, Tuhan menghargai setiap pemberian yang dipersembahkan dengan iman.

Kedua, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya perayaan iman bersama. Raja Salomo dan seluruh umat Israel beribadah dan mempersembahkan korban bersama-sama. Komunitas iman memainkan peran penting dalam menguatkan satu sama lain dalam perjalanan spiritual. Ketika kita beribadah dan melayani bersama, semangat kita dapat bertumbuh, dan kita dapat merasakan hadirat Tuhan lebih kuat lagi.

Ketiga, peristiwa ini menjadi pengingat akan berkat Tuhan yang melimpah. Sebagaimana Tuhan memberkati Israel dengan kemakmuran yang memungkinkan mereka melakukan persembahan besar, demikian pula Dia terus memberkati kita dalam berbagai cara. Mengenali dan mensyukuri berkat-berkat ini adalah bagian dari ibadah yang berkenan di hadapan-Nya. Ayat 1 Raja-raja 8:5 bukan hanya catatan sejarah, tetapi sebuah pelajaran abadi tentang iman, ketaatan, dan kemurahan Tuhan yang patut direnungkan.