"Ketika anak itu pergi, berdirilah Daud dari sisi kanan gunung itu dengan tertiarap kepada muka tanah; tiga kali ia sujud, lalu bercium-ciumanlah mereka dan menangis bersama-sama, sampai Daud lebih lagi."
Ayat 1 Samuel 20:39 menggambarkan momen emosional yang mendalam antara Daud dan Yonatan, dua sahabat karib yang menghadapi situasi paling sulit dalam hidup mereka. Di tengah ancaman pembunuhan dari Saul, ayah Yonatan yang sekaligus raja Israel, ikatan persahabatan mereka diuji hingga ke batasnya. Perpisahan yang terjadi bukan sekadar pertemuan singkat, melainkan sebuah perpisahan yang penuh dengan ketidakpastian, kesedihan, dan ketakutan akan masa depan.
Yonatan, yang mencintai Daud seperti dirinya sendiri, telah melakukan segalanya untuk melindungi sahabatnya. Dia meyakinkan Saul akan kesetiaan Daud dan bahkan menggunakan taktik cerdik untuk menguji niat ayahnya terhadap Daud. Namun, kebencian Saul tidak terbendung. Pada akhirnya, Yonatan harus menerima kenyataan pahit bahwa Daud harus melarikan diri demi keselamatannya. Momen perpisahan di bawah batu Ezel ini menjadi saksi bisu dari kesetiaan yang luar biasa.
Kata-kata "berdirilah Daud dari sisi kanan gunung itu dengan tertiarap kepada muka tanah; tiga kali ia sujud, lalu bercium-ciumanlah mereka dan menangis bersama-sama, sampai Daud lebih lagi" menunjukkan betapa dalamnya kesedihan yang mereka rasakan. Sujud tiga kali adalah tanda hormat dan perpisahan yang mendalam. Ciuman dan tangisan bersama adalah ungkapan cinta, kehilangan, dan kepedihan yang tak terkatakan. Daud, yang harus pergi demi menyelamatkan nyawanya, merasakan beban yang lebih berat, mungkin karena menyadari betapa besarnya pengorbanan Yonatan dan bahaya yang mengancam mereka berdua.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang arti persahabatan sejati. Persahabatan yang didasarkan pada kasih, kepercayaan, dan kesetiaan dapat bertahan di tengah badai terberat sekalipun. Yonatan, meskipun seorang pangeran dan pewaris takhta, tidak ragu untuk menempatkan Daud di atas kepentingannya sendiri. Ia rela menghadapi kemarahan ayahnya demi menyelamatkan hidup Daud, orang yang kelak akan menjadi raja dan bahkan membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang luar biasa bagi Israel.
Lebih dari sekadar cerita kuno, 1 Samuel 20:39 mengajarkan kita tentang kualitas-kualitas yang harus kita cari dalam persahabatan: keberanian untuk membela orang yang kita sayangi, kesediaan untuk berkorban, dan kemampuan untuk merasakan kesedihan serta sukacita bersama. Dalam dunia yang seringkali terasa penuh dengan ketidakpastian, persahabatan yang tulus seperti antara Daud dan Yonatan adalah anugerah yang sangat berharga. Hubungan mereka menjadi mercusuar, mengingatkan kita bahwa bahkan dalam kegelapan terpekat, cahaya kasih dan kesetiaan dapat bersinar terang.