Lalu berkatalah wanita itu: "Aku akan menyuruh raja mengambil sedikit makanan untuknya, supaya ia makan, dan ia dapat hidup. Setelah itu ia dapat pergi."
Kutipan dari 1 Samuel 28:23 ini menggambarkan sebuah momen krusial dalam kehidupan Saul, raja Israel. Dalam keputusasaan yang mendalam, setelah ditolak oleh Tuhan, Saul mencari bantuan dari seorang perempuan peramal di Endor. Peristiwa ini bukan hanya sekadar kisah seorang raja yang mencari jalan keluar dari masalahnya, tetapi juga membawa pelajaran berharga mengenai kedaulatan Tuhan, konsekuensi dari ketidaktaatan, dan pentingnya mengandalkan Tuhan dalam segala situasi.
Dalam konteks narasi ini, Saul sedang menghadapi ancaman besar dari pasukan Filistin. Merasa terdesak dan tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan melalui nabi-nabi-Nya atau mimpi-mimpi, ia mengambil keputusan yang sangat dilarang dalam hukum Taurat. Ia menyamar dan pergi ke Endor untuk meminta perempuan itu membangkitkan Samuel, nabi Tuhan yang telah meninggal. Tindakan ini menunjukkan betapa jauhnya Saul telah menyimpang dari jalan Tuhan.
Ketika perempuan itu, dengan kekuatan supranatural yang diragukan sumbernya, memanggil "sesuatu" yang tampil menyerupai Samuel, "Samuel" itu justru menyampaikan pesan yang menghancurkan bagi Saul. Pesan tersebut menegaskan bahwa Tuhan telah beranjak dari Saul dan menyerahkan kerajaan kepada Daud. Lebih dari itu, ia memprediksi kekalahan dan kematian Saul serta pasukannya pada hari berikutnya.
Di tengah keputusasaan dan ketakutan yang melanda Saul setelah mendengar nubuat mengerikan itu, datanglah tawaran dari perempuan peramal tersebut, sebagaimana tercatat dalam ayat ini: "Lalu berkatalah wanita itu: 'Aku akan menyuruh raja mengambil sedikit makanan untuknya, supaya ia makan, dan ia dapat hidup. Setelah itu ia dapat pergi.'" Perkataan ini adalah respons dari perempuan itu terhadap Saul yang tidak makan dan minum sepanjang hari, serta malam sebelumnya, karena ketakutan yang luar biasa. Ia menawarkan makanan sebagai bentuk kepedulian atau mungkin sebagai taktik untuk menenangkannya.
Ayat ini, meskipun singkat, menyoroti sisi kemanusiaan yang masih tersisa, bahkan dalam situasi yang begitu kelam. Perempuan itu, yang melakukan praktik terlarang, menunjukkan semacam belas kasihan kepada raja yang sedang menderita. Namun, ini tidak mengubah fakta bahwa Saul telah berada di jalan yang salah. Makanan yang ditawarkan, betapapun berguna untuk kekuatan fisik, tidak dapat menyelesaikan masalah spiritual atau nasibnya yang sudah digariskan karena dosa-dosanya. Pesan dari 1 Samuel 28:23 mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi kesulitan, jalan yang tergesa-gesa atau berpaling dari prinsip-prinsip ilahi bukanlah solusi. Sebaliknya, kita dipanggil untuk tetap berpegang teguh pada iman, mencari hikmat dari Tuhan, dan memercayai rencana-Nya, bahkan ketika jalannya terlihat gelap dan menakutkan. Ketergantungan pada kekuatan atau sumber lain di luar Tuhan pada akhirnya akan membawa kekecewaan.