1 Tawarikh 11:3

"Kemudian semua orang tua-tua Israel datang kepada raja di Hebron, lalu Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN. Sesudah itu mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel, sesuai dengan firman TUHAN dengan perantaraan Samuel."

Simbol Mahkota David

Perjanjian dan Pengurapan Daud

Ayat 1 Tawarikh 11:3 adalah momen krusial dalam narasi Alkitab. Ayat ini mencatat peristiwa penting ketika Daud diakui dan dinobatkan sebagai raja atas seluruh bangsa Israel. Peristiwa ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan puncak dari perjalanan panjang Daud, yang sebelumnya telah diurapi oleh Samuel sebagai calon raja, namun harus melalui berbagai cobaan dan masa kepemimpinan yang penuh tantangan.

Perjanjian yang diadakan di Hebron menegaskan legitimasi Daud sebagai raja. Hebron sendiri memiliki makna historis yang mendalam, menjadi salah satu kota tertua di wilayah tersebut dan tempat di mana Abraham pernah tinggal. Pemilihan Hebron sebagai lokasi perjanjian ini menunjukkan adanya pengakuan terhadap warisan dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Ini bukan sekadar penyerahan kekuasaan, melainkan sebuah komitmen bersama antara Daud dan seluruh elemen masyarakat Israel yang diwakili oleh para tua-tua.

Frasa "di hadapan TUHAN" sangatlah signifikan. Ini menegaskan bahwa pengangkatan Daud bukan hanya sebuah kesepakatan politik antar manusia, tetapi sebuah tindakan yang disaksikan dan diridai oleh Tuhan sendiri. Hal ini memberikan dimensi spiritual yang kuat pada pemerintahan Daud, menandakan bahwa ia dipilih dan ditakdirkan oleh kehendak ilahi. Pengurapan Daud, sesuai dengan firman Tuhan melalui Samuel, mengukuhkan statusnya sebagai pilihan Tuhan, yang membawa harapan baru bagi Israel.

Implikasi Pemerintahan Daud

Kelahiran seorang raja yang diakui oleh seluruh suku Israel menandai dimulainya sebuah era baru. Daud, yang dikenal sebagai gembala dan pejuang, kini mengemban tanggung jawab yang jauh lebih besar. Perannya tidak hanya sebagai pemimpin militer, tetapi juga sebagai pemimpin spiritual dan politis bagi seluruh bangsa. Hal ini menuntut kebijaksanaan, keadilan, dan keteguhan iman yang luar biasa.

Pengurapan Daud juga memiliki implikasi teologis yang mendalam. Ini memperkuat konsep kerajaan di Israel dan menempatkan raja sebagai representasi kekuasaan Tuhan di bumi. Keberhasilan Daud dalam mempersatukan seluruh suku Israel di bawah satu kepemimpinan adalah bukti dari campur tangan Tuhan dalam sejarah umat-Nya. Ia berhasil mengatasi perpecahan internal dan mengarahkan bangsa menuju stabilitas dan kemakmuran.

Kisah ini mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang berakar pada Firman Tuhan dan komitmen terhadap perjanjian. Daud bukanlah pemimpin yang sempurna, namun ia adalah pemimpin yang senantiasa berusaha mencari kehendak Tuhan dan bertobat ketika ia jatuh. Kisahnya menjadi teladan bagi para pemimpin di masa kini, mengingatkan bahwa kepemimpinan yang sejati adalah kepemimpinan yang melayani, berintegritas, dan taat kepada Tuhan. Pengurapan di Hebron menjadi awal dari masa keemasan Israel, yang dipimpin oleh seorang raja yang dicintai Tuhan.