"Yang kesebelas ialah Elia, Ahia; yang kedua belas ialah Zabad."
Ayat singkat dari Kitab 1 Tawarikh pasal 12 ayat 12 ini mungkin terasa sederhana, hanya menyebutkan nama dua orang dari daftar panjang para pejuang yang bergabung dengan Daud. Namun, di balik nama Elia, Ahia, dan Zabad, tersimpan sebuah kisah kekuatan, kesetiaan, dan kepemimpinan yang menginspirasi. Ayat ini merupakan bagian dari narasi yang lebih besar tentang bagaimana Daud, sebelum dinobatkan menjadi raja atas seluruh Israel, mendapatkan dukungan dari berbagai suku dan latar belakang. Orang-orang yang berkumpul di Ziklag untuk mendukung Daud bukanlah sekadar pengikut biasa; mereka adalah "orang-orang gagah perkasa, para pahlawan perang yang cakap mengangkat perisai dan lembing," serta memiliki keberanian dan kecakapan yang luar biasa.
Keberadaan nama-nama seperti Elia, Ahia, dan Zabad dalam daftar ini menekankan bahwa setiap individu, sekecil apapun perannya, memiliki kontribusi penting. Mereka adalah bagian dari sebuah gerakan yang lebih besar, sebuah penegasan kehendak Tuhan untuk menjadikan Daud sebagai pemimpin umat-Nya. Kesetiaan mereka kepada Daud bukan hanya loyalitas pribadi, melainkan manifestasi dari iman mereka kepada rencana Allah. Di tengah masa-masa ketidakpastian dan perebutan kekuasaan, pilihan mereka untuk berdiri bersama Daud menunjukkan keberanian moral dan spiritual yang patut dicontoh.
Dalam konteks kekinian, ayat 1 Tawarikh 12:12 mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan. Baik dalam hubungan pribadi, keluarga, maupun dalam pelayanan di gereja atau masyarakat, kesetiaan adalah fondasi yang kokoh. Orang-orang seperti Elia, Ahia, dan Zabad adalah pilar-pilar yang menopang sebuah komunitas atau kepemimpinan. Mereka mungkin tidak selalu berada di garis depan atau menerima sorotan utama, namun keberadaan dan dedikasi mereka sangat krusial bagi keberhasilan keseluruhan.
Lebih dari sekadar setia, mereka juga adalah "orang-orang gagah perkasa." Ini menyiratkan bahwa kesetiaan mereka dibarengi dengan kemampuan dan keberanian. Mereka siap menghadapi tantangan dan memberikan yang terbaik dari diri mereka. Dalam pelayanan, kesetiaan yang disertai dengan kompetensi dan keberanian akan menghasilkan buah yang melimpah. Hal ini juga mengajarkan kita untuk terus mengembangkan diri, agar kesetiaan kita tidak hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam perbuatan yang nyata dan berdampak.
Pelajaran dari 1 Tawarikh 12:12 juga relevan bagi para pemimpin. Kesuksesan seorang pemimpin seringkali bergantung pada kualitas orang-orang di sekelilingnya. Daud dikelilingi oleh individu-individu yang setia dan cakap, yang membantunya memimpin bangsa Israel dengan bijaksana. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, kita perlu menghargai dan membina mereka yang menunjukkan kesetiaan dan memiliki talenta. Mereka adalah aset berharga yang perlu dijaga dan diberdayakan.
Pada akhirnya, ayat ini mengajarkan kita tentang nilai keberanian untuk memilih pihak yang benar, kesetiaan yang teguh dalam setiap keadaan, dan pentingnya kontribusi setiap individu dalam sebuah karya kolektif. Seperti Elia, Ahia, dan Zabad yang namanya tercatat dalam sejarah kekal karena kesetiaan mereka, marilah kita juga berkomitmen untuk melayani dengan segenap hati dan kemampuan, menjadi bagian dari kisah besar yang dijalankan oleh Tuhan.