Ilustrasi simbolis Tabut Perjanjian diangkat oleh orang Lewi.
Ayat 1 Tawarikh 15:10 merupakan sebuah deklarasi penting dari Raja Daud mengenai tatanan yang harus diikuti dalam membawa Tabut Perjanjian Allah. Pernyataan ini bukan sekadar aturan seremonial, melainkan sebuah pengingat mendalam tentang kekudusan Allah dan pentingnya ketaatan yang benar dalam setiap aspek penyembahan dan pelayanan kepada-Nya. Daud, sebagai pemimpin spiritual umat Israel, menegaskan bahwa hanya orang Lewi yang memiliki hak dan tugas untuk mengangkat Tabut Perjanjian.
Penegasan ini berakar pada instruksi Allah sendiri yang diberikan kepada Musa. Ketika Allah berfirman tentang Tabut Perjanjian, Ia menetapkan secara spesifik bahwa tugas ini adalah hak eksklusif suku Lewi, khususnya keluarga Harun dari suku Lewi. Mereka dipilih bukan karena kebetulan, tetapi karena Allah telah menguduskan mereka untuk melayani Dia secara khusus di Kemah Suci dan kemudian di Bait Suci. Ayat ini menekankan bahwa pelayanan ini adalah "sampai selama-lamanya," menandakan sifat permanen dan pentingnya peran orang Lewi dalam sejarah Israel.
Daud memahami betul konsekuensi dari ketidaktaatan terhadap firman Allah. Pengalaman kelam saat pertama kali Tabut Perjanjian dibawa dan mengakibatkan kematian Uza (dicatat dalam 2 Samuel 6) menjadi pelajaran yang sangat berharga baginya. Uza, yang bukan orang Lewi, menyentuh Tabut Perjanjian untuk menahannya agar tidak jatuh, namun tindakannya itu dihukum Allah. Kejadian ini menunjukkan bahwa dalam berurusan dengan hal-hal yang kudus milik Allah, manusia harus tunduk pada cara yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri. Batas-batas yang ditetapkan Allah harus dihormati dengan penuh kesungguhan.
Oleh karena itu, pernyataan Daud dalam 1 Tawarikh 15:10 menjadi landasan etika spiritual bagi seluruh umat Israel. Ini mengajarkan kita bahwa penyembahan yang sejati tidak hanya melibatkan hati yang tulus, tetapi juga ketaatan yang cermat terhadap petunjuk ilahi. Setiap orang memiliki perannya masing-masing dalam tubuh Kristus, dan seperti halnya orang Lewi yang dipilih untuk tugas khusus, kita pun dipanggil untuk melayani Tuhan sesuai dengan karunia dan penugasan yang diberikan-Nya. Menghormati tatanan ilahi adalah ekspresi dari penghormatan kita terhadap kedaulatan dan kekudusan Allah.
Lebih jauh lagi, ayat ini menyoroti pentingnya menghargai otoritas dan tatanan yang ditetapkan oleh Tuhan. Daud, meskipun seorang raja, tidak mengabaikan atau mengubah hukum Allah. Sebaliknya, ia memegang teguh dan menegakkannya. Ini adalah prinsip yang relevan bagi kita hari ini. Dalam gereja dan dalam kehidupan pribadi, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan pada Firman Tuhan dan mengikuti arahan yang telah Ia berikan, baik secara eksplisit maupun melalui teladan Kristus. Dengan demikian, pelayanan kita akan berkenan di hadapan-Nya dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.