1 Tawarikh 16:36

"Dan segala umat itu, mulai dari Imam Besar Daud, mengucap syukur, memuji TUHAN dan bersorak-sorai demi segala kebaikan yang telah dilakukan TUHAN bagi umat-Nya, Israel."

Ayat ini dari Kitab 1 Tawarikh pasal 16, ayat 36, membukakan sebuah momen penting dalam sejarah Israel. Ini bukanlah sekadar catatan peristiwa biasa, melainkan sebuah pengingat kuat akan arti syukur dan pujian dalam kehidupan umat Tuhan. Ayat ini menggambarkan respons kolektif dari seluruh umat Israel, dipimpin oleh Raja Daud, terhadap tindakan kebaikan Tuhan yang luar biasa.

Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Tabut Perjanjian dibawa masuk ke Yerusalem dengan kemeriahan yang luar biasa. Raja Daud dan seluruh bangsa merayakan dengan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, serta memuji-muji Tuhan dengan nyanyian dan alat musik. Puncaknya adalah ucapan syukur dan pujian yang dipimpin oleh Daud sendiri, sebagaimana tertulis dalam ayat ini.

Fokus utama dari 1 Tawarikh 16:36 adalah pada bagaimana umat Tuhan merespons kebaikan-Nya. Mereka tidak hanya menerima berkat Tuhan, tetapi mereka juga secara aktif menyatakan pengakuan atas kebaikan-Nya. "Mengucap syukur" berarti mengakui dan menghargai apa yang telah diberikan. "Memuji TUHAN" adalah ekspresi kekaguman atas kebesaran, kuasa, dan kebaikan-Nya. Dan "bersorak-sorai" menunjukkan kegembiraan yang meluap atas tindakan-Nya.

Penting untuk dicatat bahwa respons ini adalah respons kolektif. "Segala umat itu" menunjukkan kebersamaan dalam ibadah dan pengakuan. Perayaan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, dari pemimpin spiritual hingga rakyat jelata. Hal ini mengingatkan kita bahwa ucapan syukur dan pujian kepada Tuhan seharusnya menjadi bagian dari kehidupan komunitas iman kita, bukan hanya aktivitas individu.

Daud, sebagai pemimpin, memimpin umatnya dalam ibadah ini. Perannya menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan yang mengutamakan Tuhan. Seorang pemimpin yang peka terhadap kebaikan Tuhan akan menginspirasi umatnya untuk melakukan hal yang sama. Daud memahami bahwa kekayaan, kekuasaan, dan keberhasilan hanyalah sementara jika tidak diiringi dengan hati yang penuh syukur kepada sumber segala berkat.

Keindahan ayat ini terletak pada penekanannya terhadap "segala kebaikan yang telah dilakukan TUHAN bagi umat-Nya, Israel." Ini bukan sekadar daftar kebaikan, tetapi pengakuan akan kasih setia dan pemeliharaan Tuhan yang berkelanjutan. Kebaikan Tuhan bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan tindakan yang disengaja oleh Dia yang peduli akan umat-Nya. Pengakuan ini memicu respon berupa syukur, pujian, dan sukacita yang mendalam.

Dalam konteks kekinian, 1 Tawarikh 16:36 menjadi panggilan bagi kita untuk merenungkan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Di tengah tantangan dan kesulitan, seringkali kita melupakan kebaikan-kebaikan yang telah Tuhan lakukan. Ayat ini mengingatkan kita untuk berhenti sejenak, melihat kembali perjalanan hidup kita, dan mengakui setiap berkat, besar maupun kecil, yang telah Dia limpahkan. Dengan hati yang bersyukur, kita akan menemukan kekuatan baru, sukacita yang sejati, dan hubungan yang lebih erat dengan Tuhan.

Mari kita meneladani umat Israel dalam ayat ini. Jadikan syukur dan pujian sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas. Biarlah hati kita senantiasa dipenuhi dengan kesadaran akan kebaikan Tuhan, dan biarlah ucapan syukur kita mengalir bagaikan sungai yang tak pernah kering, memuliakan nama-Nya senantiasa.