"Yoel bin Natan menjadi kepala atas para pengatur pajak, Zefan bin Hagni atas para pengatur pajak itu; Zabdi bin Syimi atas pengawasan panen anggur; Ezra bin Karib atas pekerjaan rumah; Benaya bin Yoyada dan Abiatar menjadi panglima tentara; Yoyada bin Benaya dan Abiel menjadi pengawal pribadi raja."
Ayat 1 Tawarikh 18:16 ini mungkin sekilas terdengar seperti daftar nama dan jabatan yang rumit, namun di dalamnya terkandung gambaran penting mengenai bagaimana Raja Daud menata kerajaannya. Lebih dari sekadar daftar personel, ayat ini mencerminkan prinsip kepemimpinan yang efektif, kepercayaan, dan pembagian tugas yang strategis yang menjadi kunci keberhasilan Daud dalam membangun Israel sebagai bangsa yang kuat dan terorganisir.
Kita melihat bagaimana Daud menempatkan orang-orang terpercaya di posisi-posisi krusial. Yoel bin Natan, yang nama ayahnya sama dengan nabi besar Natan, ditunjuk sebagai kepala atas para pengatur pajak. Ini menunjukkan pentingnya pengelolaan keuangan negara yang akuntabel. Zefan bin Hagni pun memiliki peran serupa dalam pengawasan pajak, menegaskan bahwa pengumpulan sumber daya negara dilakukan dengan cermat. Keberhasilan Daud bukan hanya dalam peperangan, tetapi juga dalam membangun fondasi ekonomi yang kokoh.
Selanjutnya, Zabdi bin Syimi diberikan amanah untuk mengawasi panen anggur. Ini adalah tugas yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan rakyat dan sumber daya pangan negara. Pengawasan yang baik atas hasil bumi seperti anggur, yang merupakan komoditas penting saat itu, akan memastikan ketersediaan makanan dan juga sumber pendapatan melalui perdagangan. Ini juga mencerminkan perhatian Daud terhadap sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakatnya.
Yang tidak kalah penting, Ezra bin Karib dipercaya untuk mengurusi "pekerjaan rumah." Meskipun frasa ini bisa diartikan luas, dalam konteks kerajaan, ini kemungkinan merujuk pada urusan internal istana, administrasi, atau bahkan proyek-proyek pembangunan. Pengelolaan "rumah" kerajaan yang baik adalah cerminan stabilitas dan tatanan yang rapi di pusat kekuasaan, yang kemudian akan memengaruhi seluruh kerajaan.
Posisi militer yang strategis juga terlihat jelas. Benaya bin Yoyada dan Abiatar ditunjuk sebagai panglima tentara. Ini adalah posisi yang sangat vital, mengingat Daud adalah seorang raja yang dikenal dengan kekuatan militernya. Kepercayaan kepada Benaya dan Abiatar menunjukkan bahwa Daud memiliki tim yang cakap untuk menjaga keamanan dan memperluas wilayah kekuasaannya. Penunjukan Yoyada bin Benaya dan Abiel sebagai pengawal pribadi raja juga menegaskan pentingnya aspek keamanan pribadi sang raja, sebuah elemen penting dalam stabilitas kepemimpinan.
Apa yang dapat kita pelajari dari ayat ini? Pertama, keberhasilan seorang pemimpin seringkali bergantung pada kemampuannya memilih dan menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat. Daud tidak bertindak sendirian; ia membangun tim yang solid dengan orang-orang yang memiliki keahlian dan integritas. Kedua, ayat ini menunjukkan pentingnya organisasi. Pembagian tugas yang jelas dan terperinci menciptakan sebuah sistem yang efisien, baik dalam pengumpulan pendapatan, pengelolaan sumber daya, maupun pertahanan. Ketiga, ayat ini mengingatkan kita bahwa pemerintahan yang baik mencakup berbagai aspek, mulai dari ekonomi, pertanian, administrasi, hingga keamanan.
Kisah ini, meskipun ringkas, menjadi bukti nyata bahwa ketatanan dan kepercayaan adalah pilar penting dalam membangun sebuah kerajaan yang kuat dan sejahtera. Kepemimpinan Daud yang bijaksana, yang tercermin dalam struktur organisasi yang ia bangun, telah membawa Israel pada masa keemasan.