1 Tawarikh 2:14

"dan orang kelima ialah Zabad, anak orang Israel yang terkemuka; ia beristrikan batuk-batuk." (Ini adalah terjemahan umum, makna 'batuk-batuk' bisa bervariasi tergantung penafsiran).

Janji Kesetiaan dari Generasi ke Generasi

Kitab 1 Tawarikh, khususnya pasal 2 ayat 14, menawarkan sebuah potret singkat tentang silsilah keturunan Israel. Meskipun ayat ini terdengar sangat spesifik dan mungkin terasa kurang menarik bagi sebagian pembaca modern yang mencari narasi epik, di dalamnya tersimpan makna yang mendalam mengenai identitas, keturunan, dan kesetiaan. Ayat ini menyebutkan Zabad sebagai salah satu keturunan dari suku-suku Israel yang penting, dan menambahkan detail menarik mengenai istrinya. Terjemahan "batuk-batuk" memang bisa menimbulkan pertanyaan, namun fokus utama yang dapat kita ambil adalah bagaimana Kitab Suci mencatat bahkan detail-detail terkecil dari kehidupan orang-orang yang menjadi bagian dari rencana Tuhan.

Dalam konteks yang lebih luas dari Kitab 1 Tawarikh, pencatatan silsilah bukan sekadar daftar nama. Ini adalah pengingat akan janji Tuhan kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan diberkati. Setiap nama yang tercatat adalah bukti nyata dari kesetiaan Tuhan dalam memelihara janji-Nya melalui setiap generasi. Ayat 1 Tawarikh 2:14, meskipun hanya menyebut satu individu dan keluarganya, berkontribusi pada narasi besar ini. Zabad adalah bagian dari rantai keturunan yang pada akhirnya akan membawa kepada munculnya raja-raja, nabi-nabi, dan yang terpenting, Mesias itu sendiri.

Kehidupan pribadi, termasuk pernikahan dan keluarga, adalah elemen fundamental dalam pembentukan sebuah bangsa dan umat pilihan. Catatan mengenai istri Zabad, meskipun mungkin terdengar biasa atau bahkan tidak jelas maknanya secara harfiah dalam terjemahan tertentu, mengingatkan kita bahwa Tuhan memperhatikan setiap aspek kehidupan manusia. Hubungan, keluarga, dan keturunan adalah fondasi masyarakat dan gereja. Melalui keluarga, iman diturunkan dari generasi ke generasi, dan janji-janji Tuhan terus dihidupi.

Ayat ini juga secara implisit mengajarkan tentang keberagaman dalam umat Allah. Keturunan Israel terdiri dari berbagai individu dengan latar belakang yang berbeda, termasuk dalam hal pernikahan. Namun, hal ini tidak mengurangi status mereka sebagai bagian dari perjanjian Tuhan, selama mereka tetap setia pada jalan-Nya. Fokusnya adalah pada identitas sebagai keturunan Israel yang memiliki warisan rohani yang kaya. Kesetiaan Tuhan tidak bergantung pada kesempurnaan manusia, tetapi pada kekudusan dan kehendak-Nya yang souveren.

Sebagai penutup, 1 Tawarikh 2:14, bersama dengan ayat-ayat silsilah lainnya, memberikan perspektif yang penting. Ia mengajarkan kita untuk menghargai sejarah, menghormati warisan leluhur, dan yang terpenting, mengakui kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan. Setiap nama adalah pengingat bahwa Tuhan bekerja melalui orang-orang biasa, dalam situasi biasa, untuk mewujudkan rencana-Nya yang luar biasa. Janji-Nya tetap berlaku, terbentang melalui sejarah umat manusia, dan terus diberlakukan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Mari kita renungkan kesetiaan-Nya dalam hidup kita sendiri, dalam keluarga kita, dan dalam komunitas kita.