"Dan atas orang Lewi itu ditugaskan untuk pekerjaan rumah TUHAN, empat ribu orang, empat ribu orang sebagai penjaga pintu gerbang dan sebagai pengawas atas orang Lewi untuk melayani di rumah TUHAN."
Dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 23, kita mendapati penjabaran yang detail mengenai organisasi ibadah di Bait Allah Yerusalem di bawah kepemimpinan Raja Daud. Ayat keempat secara spesifik menyebutkan penugasan penting bagi suku Lewi. Disebutkan bahwa ada empat ribu orang Lewi yang diidentifikasi untuk pekerjaan di rumah TUHAN. Peran mereka terbagi menjadi dua fungsi utama: sebagai penjaga pintu gerbang dan sebagai pengawas yang bertugas melayani di rumah TUHAN. Penugasan ini sangat krusial demi kelancaran dan kesakralan seluruh aktivitas ibadah yang berlangsung di tempat suci tersebut.
Suku Lewi memang secara tradisional telah diasingkan oleh TUHAN untuk melayani dalam ibadah dan urusan yang berkaitan dengan Kemah Suci, dan kemudian Bait Allah. Empat ribu orang ini bukanlah jumlah yang sedikit, mencerminkan besarnya skala pelayanan yang dibutuhkan. Penjaga pintu gerbang memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa hanya orang yang berhak yang dapat masuk ke area Bait Allah, menjaga keamanan dan kekudusan tempat tersebut dari penyusup atau orang yang tidak layak. Ini adalah tugas yang membutuhkan kewaspadaan dan integritas.
Sementara itu, para pengawas yang bertugas melayani di rumah TUHAN memiliki cakupan tugas yang lebih luas. Mereka kemungkinan bertanggung jawab atas berbagai aspek pelayanan, mulai dari pemeliharaan fisik Bait Allah, penataan persembahan, hingga membantu para imam dalam berbagai ritual ibadah. Keberadaan empat ribu orang ini menunjukkan betapa seriusnya Raja Daud dalam menata dan memastikan efektivitas pelayanan di Bait Allah, sesuai dengan perintah dan kehendak TUHAN. Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya struktur organisasi yang jelas dalam membangun dan memelihara sebuah institusi keagamaan yang besar.
Tugas yang diemban oleh suku Lewi ini bukan hanya sekadar pekerjaan fisik, tetapi merupakan bentuk ibadah dan pengabdian tertinggi kepada TUHAN. Dengan struktur yang terorganisir ini, Daud berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi umat Israel untuk beribadah, bersekutu dengan TUHAN, dan belajar tentang firman-Nya. Pengaturan seperti ini juga menjadi dasar bagi sistem pelayanan di Bait Suci di masa-masa mendatang, bahkan menjadi contoh bagaimana pengaturan dalam sebuah komunitas rohani perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang mulia. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya menempatkan orang-orang yang cakap dan berdedikasi dalam setiap aspek pelayanan, agar pekerjaan Tuhan dapat terlaksana dengan baik dan memuliakan nama-Nya.