Ayat singkat ini, 1 Tawarikh 24:21, mungkin terlihat sederhana, namun ia adalah bagian dari catatan yang sangat penting mengenai struktur organisasi ibadah di Bait Suci Yerusalem. Ayat ini merujuk pada salah satu keturunan Lewi, yaitu Mahli, yang kemudian memiliki seorang putra bernama Bela. Keterkaitan ini, meskipun hanya dua nama, menggarisbawahi pentingnya silsilah dan warisan dalam tradisi Israel kuno, khususnya bagi suku Lewi yang memiliki tugas suci.
Suku Lewi adalah salah satu dari dua belas suku Israel, namun mereka tidak mendapatkan bagian tanah warisan seperti suku-suku lainnya. Sebaliknya, tugas utama mereka adalah melayani dalam ibadah kepada Tuhan, mulai dari membawa Tabut Perjanjian, menjaga dan membersihkan tempat ibadah, hingga menyanyikan pujian dan memainkan alat musik dalam ibadah. Dalam konteks Bait Suci yang dibangun oleh Salomo, pelayanan suku Lewi diatur dengan sangat rinci.
Kitab Tawarikh, secara keseluruhan, berfokus pada sejarah raja-raja Yehuda dan pelayanan di Bait Suci. Pasal 24, tempat ayat ini berada, secara khusus membagi-bagikan para keturunan Lewi ke dalam berbagai kelompok pelayanan berdasarkan undian. Ini adalah upaya untuk memastikan bahwa setiap keluarga Lewi memiliki peran dalam pelayanan Bait Suci, sekaligus mencegah kesalahpahaman atau persaingan antar keluarga. Pembagian ini dilakukan oleh Daud, dan kemudian dilanjutkan dan disempurnakan di masa-masa berikutnya, termasuk masa Pemulihan setelah pembuangan.
Nama Mahli, yang disebut dalam ayat ini, sebenarnya adalah cucu dari Gersom, salah satu dari tiga putra Lewi. Mahli sendiri adalah ayah dari Elasar dan dari Bela. Dengan demikian, Bela yang disebutkan dalam ayat ini adalah anak dari Mahli, dan merupakan bagian dari garis keturunan Harun yang ditahbiskan sebagai imam. Keturunan Harun inilah yang memiliki tugas utama sebagai imam, sementara Lewi lainnya membantu dalam berbagai tugas lainnya.
Meskipun ayat ini hanya menyebutkan nama, implikasinya sangat luas. Ini menunjukkan bahwa setiap garis keturunan, sekecil apapun cakupannya dalam catatan ini, memiliki tempat dan peran dalam rencana Tuhan. Kepatuhan terhadap peraturan dan pembagian tugas yang telah ditetapkan adalah kunci kelancaran ibadah. Keakuratan catatan silsilah ini menjadi penanda kesetiaan dan kesinambungan tugas yang dipercayakan kepada suku Lewi. Bagi para pembaca di masa itu, ayat ini juga menguatkan identitas mereka sebagai bagian dari umat pilihan Tuhan yang memiliki struktur ibadah yang teratur.
Kehidupan ibadah yang teratur di Bait Suci Yerusalem merupakan cerminan dari keteraturan ilahi. Nama-nama seperti Mahli dan Bela, yang mungkin terdengar asing bagi kita, adalah roda penggerak penting dalam mesin pelayanan suci tersebut. Mereka adalah bagian dari rantai panjang keturunan yang dipercayakan untuk melayani Tuhan. Ayat ini, dalam kesederhanaannya, mengingatkan kita akan nilai setiap individu dan setiap keluarga dalam mewujudkan kehendak Tuhan.
Pentingnya mempelajari kitab Tawarikh, termasuk ayat-ayat yang tampaknya detail seperti ini, adalah untuk memahami lebih dalam bagaimana Tuhan bekerja melalui umat-Nya, bagaimana Ia menetapkan struktur dan aturan untuk memuliakan nama-Nya, dan bagaimana kesetiaan pada garis keturunan dan tugas yang diberikan merupakan bagian dari pelayanan yang berkenan kepada-Nya.