"Dan Obed-Edom mendapat anak laki-laki, yaitu Zabadya, yang jadi kepala suku keluarganya. Ia patut karena ia adalah anak bungsu dari Zeruya."
Ayat 1 Tawarikh 26:3, meskipun singkat, menyoroti peran penting Obed-Edom dan garis keturunannya dalam pelayanan di Bait Allah. Obed-Edom sendiri dikenal sebagai penjaga Tabut Perjanjian ketika tabut tersebut dipindahkan ke Yerusalem. Kehormatan ini bukanlah tanpa sebab, dan ayat ini menegaskan bahwa keturunannya pun dipercaya untuk memegang peran penting. Zabadya, sebagai putra Obed-Edom, menjadi kepala suku keluarganya, sebuah kedudukan yang menunjukkan kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dalam konteks sejarah Israel, Bait Allah bukan sekadar bangunan fisik, melainkan pusat spiritual dan peribadatan. Penjaga dan pelayan di dalamnya memegang peranan krusial dalam menjaga kesucian tempat itu dan memastikan ibadah kepada Tuhan berjalan lancar. Keturunan Obed-Edom, seperti yang disebutkan dalam ayat ini, menjadi bagian integral dari struktur pelayanan tersebut. Penunjukan mereka sebagai kepala suku keluarga menunjukkan adanya sistem organisasi yang terstruktur dan hierarkis dalam mengelola tugas-tugas di Bait Allah.
Meskipun ayat ini secara spesifik menyebutkan Zabadya sebagai "patut karena ia adalah anak bungsu dari Zeruya," penting untuk memahami konteks "patut." Dalam banyak budaya kuno, anak bungsu sering kali diabaikan dalam hal warisan atau peran penting. Namun, di sini, frasa tersebut menyiratkan bahwa terlepas dari posisinya sebagai anak bungsu, Zabadya memiliki kualitas atau dedikasi yang membuatnya layak mendapatkan kepercayaan. Ini mengajarkan bahwa kelayakan dalam pelayanan bukan semata-mata ditentukan oleh status atau urutan kelahiran, tetapi lebih kepada ketulusan hati dan kesanggupan dalam menjalankan tugas yang dipercayakan.
Kisah Obed-Edom dan keturunannya menggarisbawahi bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan. Mereka yang dipercaya dengan tugas-tugas penting di Bait Allah, seperti penjaga pintu gerbang, pengurus persembahan, atau pelayan lainnya, semuanya memiliki peran yang tak tergantikan dalam menjaga kemuliaan Tuhan. Ayat ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap generasi, selalu ada kesempatan bagi mereka yang memiliki hati yang tulus dan keinginan untuk melayani untuk mengambil bagian dalam pekerjaan yang lebih besar. Kepercayaan yang diberikan kepada keturunan Obed-Edom adalah bukti bahwa kesetiaan dan integritas akan selalu dihargai.
Dengan demikian, 1 Tawarikh 26:3 tidak hanya mencatat silsilah, tetapi juga memberikan pelajaran tentang nilai kesetiaan, dedikasi, dan ketulusan dalam melayani Tuhan. Kehormatan untuk melayani di tempat suci adalah anugerah, dan mereka yang dipercaya untuk tugas tersebut diharapkan menjalankannya dengan segenap hati, seperti yang ditunjukkan oleh keluarga Obed-Edom.