Anak-anak dari Yekhonya: Syaltiel, pamannya; Malkiram, Abihud, Sekanya, Yekhonya, Peda-ya, Senasar dan Yekamya, Hosema dan Hosa-ma, Zedekya.
Ayat 1 Tawarikh 3:17 membawa kita ke dalam catatan silsilah yang terperinci, sebuah aspek penting dalam Kitab Suci yang seringkali terlewatkan namun sarat makna. Bagian ini merinci keturunan dari Yekhonya, seorang tokoh yang hidup pada masa-masa genting bagi kerajaan Yehuda. Dalam konteks sejarah, Yekhonya adalah raja Yehuda yang diasingkan ke Babel oleh Nebukadnezar. Meskipun masa pemerintahannya singkat dan penuh kesedihan, garis keturunannya tetap dicatat, menunjukkan bahwa harapan dan kontinuitas sebuah garis dinasti tidaklah sepenuhnya terputus.
Penyebutan nama-nama seperti Syaltiel, Malkiram, Abihud, dan seterusnya, mungkin terasa seperti sekadar daftar nama bagi pembaca modern. Namun, bagi bangsa Israel kuno, silsilah adalah peta kehidupan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Silsilah menandai identitas, hak waris, dan yang terpenting, penggenapan janji-janji Tuhan. Dalam kasus keturunan Daud, silsilah ini memiliki bobot yang luar biasa. Setiap nama yang tercatat adalah penanda bahwa benih Mesias yang dijanjikan, yang akan berasal dari garis keturunan Daud, terus hidup.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan nama-nama anak dari Yekhonya, termasuk Syaltiel. Syaltiel kemudian menjadi ayah dari Zerubabel, seorang tokoh kunci dalam pemulihan bangsa Israel setelah pembuangan ke Babel. Zerubabel memimpin gelombang pertama orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan berperan penting dalam pembangunan kembali Bait Suci. Ini menunjukkan bagaimana, meskipun di tengah keterpurukan dan pembuangan, benang merah penggenapan ilahi terus terjalin melalui individu-individu yang namanya tercatat dalam garis keturunan ini. Kehidupan Yekhonya dan anak-anaknya, meskipun berakhir di pengasingan, ternyata menjadi fondasi bagi kembalinya umat Tuhan dan pemulihan spiritual mereka.
Di balik daftar nama tersebut, tersembunyi kisah ketahanan iman dan kesetiaan Tuhan. Tuhan tidak melupakan janji-Nya, bahkan ketika umat-Nya berdosa dan menghadapi konsekuensi berat. Pencatatan silsilah ini adalah bukti nyata bahwa Tuhan bekerja melalui sejarah manusia, mengarahkan peristiwa, dan memastikan bahwa rencana-Nya untuk keselamatan terwujud. 1 Tawarikh 3:17 mengingatkan kita bahwa di dalam setiap genealogi, ada potensi ilahi, ada garis keturunan yang sedang dibentuk untuk memenuhi tujuan yang lebih besar, sebuah tujuan yang berpuncak pada kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias dari garis keturunan Daud.
Merenungkan ayat ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat akar kita, baik secara biologis maupun spiritual. Silsilah kita membentuk siapa kita, namun komitmen kita kepada Tuhanlah yang menentukan warisan kita yang sesungguhnya. Nama-nama yang tercatat dalam kitab suci, seperti anak-anak Yekhonya, menjadi pengingat bahwa setiap kehidupan memiliki tempat dalam rencana agung Tuhan, dan bahwa kesetiaan kepada-Nya dapat membawa harapan bahkan dari situasi yang paling suram sekalipun.