"Yabes lebih dapat kehormatan dari pada saudara-saudaranya; dan ibunya menamai dia Yabes, katanya: "Karena aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.""
Kitab 1 Tawarikh, pasal 4, ayat 2, memperkenalkan kita pada sebuah nama yang unik dan penuh makna: Yabes. Ayat ini secara singkat menyatakan bahwa Yabes "lebih dapat kehormatan dari pada saudara-saudaranya." Ini adalah pernyataan yang kuat, mengingat silsilah keturunan Yehuda yang seringkali didominasi oleh tokoh-tokoh penting dan para pahlawan. Namun, kehormatan Yabes tampaknya tidak serta-merta berasal dari garis keturunan atau pencapaian militer semata, melainkan dari sesuatu yang lebih mendalam, yang terungkap melalui nama yang diberikan oleh ibunya.
Sang ibu menamai Yabes "karena aku telah melahirkan dia dengan kesakitan." Nama "Yabes" sendiri berasal dari akar kata Ibrani yang berarti "kesedihan" atau "kesulitan." Hal ini menunjukkan bahwa kelahiran Yabes tidaklah mudah, melainkan diwarnai oleh penderitaan fisik dan mungkin juga emosional bagi ibunya. Dalam konteks budaya kuno, nama yang diberikan kepada anak seringkali mencerminkan harapan, doa, atau bahkan pengalaman hidup orang tua. Dalam kasus Yabes, nama tersebut menjadi pengingat akan perjuangan yang ia alami sejak awal kehidupannya.
Yang menarik adalah kontras antara kesakitan dalam kelahirannya dan kehormatan yang diperolehnya. Ini mengajarkan sebuah prinsip penting: bahwa latar belakang yang sulit atau awal kehidupan yang penuh tantangan tidak harus menentukan masa depan seseorang. Sebaliknya, Yabes mampu bangkit dan meraih kehormatan yang melebihi saudara-saudaranya. Ini bisa diartikan dalam berbagai cara. Kehormatan Yabes mungkin terletak pada karakter moralnya, kebijaksanaannya, ketakwaannya kepada Tuhan, atau kemampuannya untuk mengatasi kesulitan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Ayat-ayat selanjutnya dalam 1 Tawarikh 4 (ayat 9-10) bahkan mencatat sebuah doa Yabes yang sangat terkenal, di mana ia memohon kepada Allah agar diluaskan batas-Nya, dilindungi dari malapetaka, dijauhkan dari kesakitan, dan diberkati dengan melimpah. Doa ini menunjukkan bahwa Yabes adalah pribadi yang rohaniah, yang menyadari ketergantungannya kepada Tuhan untuk meraih keberhasilan dan berkat. Kehormatannya bukanlah hasil dari kesombongan diri, melainkan buah dari iman dan permohonan yang tulus kepada Sang Pencipta.
Kisah Yabes mengingatkan kita bahwa Tuhan melihat melampaui kondisi lahiriah kita. Dia tidak menilai kita berdasarkan kesempurnaan silsilah atau kemudahan jalan hidup. Sebaliknya, Tuhan memperhatikan hati kita, iman kita, dan bagaimana kita merespons tantangan hidup. Yabes, yang lahir dalam kesakitan, justru menjadi lambang pribadi yang diberkati dan dihormati karena hubungannya yang erat dengan Tuhan dan kemampuannya untuk mengatasi kesulitan.
Melalui nama yang unik dan kisah hidupnya, Yabes memberikan pelajaran berharga tentang harapan. Kesulitan di awal perjalanan tidak harus menjadi akhir dari cerita. Dengan iman, doa, dan karakter yang teguh, seseorang dapat bangkit, melampaui kesulitan, dan meraih kehormatan serta berkat yang melimpah dari Tuhan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi siapa pun yang mungkin merasa terbebani oleh masa lalu atau tantangan saat ini, bahwa ada potensi luar biasa dalam setiap pribadi yang mampu diubahkan melalui campur tangan ilahi.