Kitab 1 Tawarikh, khususnya pasal 7, menyajikan catatan silsilah yang rinci dari keturunan suku-suku Israel. Dalam kekayaan daftar nama dan hubungan keluarga ini, kita menemukan ayat 34 yang secara spesifik menyebutkan keturunan Yiskhia. Sekilas, ayat ini mungkin tampak hanya sebagai bagian dari daftar leluhur kuno. Namun, di balik nama-nama yang mungkin terasa asing, terdapat makna yang lebih dalam dan relevansi yang terus bergema bagi umat beriman. Ayat ini adalah pengingat akan ketelitian catatan ilahi dan pentingnya setiap individu dalam rencana Tuhan yang lebih besar.
Ayat 1 Tawarikh 7:34 memperkenalkan kita pada leluhur bernama Yiskhia, yang kemudian memiliki keturunan bernama Yizra. Dari Yizra lahirlah Semaya, dan dari Semaya inilah muncul nama-nama Hogla, Naham, dan Peraya. Rincian ini mungkin terasa seperti sekadar pengulangan daftar nama. Namun, dalam konteks Kitab Suci, setiap silsilah memiliki tujuan. Silsilah-silsilah ini tidak hanya berfungsi sebagai catatan sejarah, tetapi juga untuk menegaskan identitas, kepemilikan tanah, dan yang terpenting, kesinambungan janji-janji Tuhan kepada Abraham dan keturunannya. Tuhan berjanji akan memberikan keturunan yang banyak dan tanah yang abadi, dan pencatatan silsilah ini menjadi bukti konkret dari pemenuhan janji tersebut dari generasi ke generasi.
Dalam menghadapi kehidupan modern yang serba cepat, perhatian kita sering kali terfokus pada masa kini dan masa depan, dengan mudah melupakan akar dan sejarah kita. Namun, ayat seperti 1 Tawarikh 7:34 mengingatkan kita akan pentingnya warisan. Keturunan Hogla, Naham, dan Peraya, meskipun nama mereka mungkin tidak sepopuler tokoh-tokoh Kitab Suci lainnya, tetap memiliki tempat dalam narasi ilahi. Mereka adalah bagian dari rantai kehidupan yang pada akhirnya mengarah pada keselamatan yang dijanjikan. Ini mengajarkan kita bahwa setiap langkah dalam perjalanan iman, setiap generasi yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, memiliki peran penting.
Lebih jauh lagi, mencermati daftar nama ini dapat menumbuhkan rasa syukur atas kasih setia Tuhan. Tuhan mengenal dan mencatat setiap anak-Nya. Nama-nama ini, meskipun tertulis ribuan tahun lalu, tidak pernah dilupakan oleh Pencipta. Perintah untuk mencatat silsilah ini menunjukkan bagaimana Tuhan memperhatikan detail kehidupan umat-Nya. Kita bisa merenungkan bagaimana Tuhan juga mengenal nama kita, mengetahui segala sesuatu tentang kita, dan memiliki rencana indah bagi kehidupan kita, seperti yang Dia miliki bagi Yiskhia, Yizra, Semaya, Hogla, Naham, dan Peraya.
Dalam semangat warna-warna sejuk dan cerah yang kita pilih untuk visualisasi artikel ini, mari kita melihat ayat 1 Tawarikh 7:34 sebagai sumber inspirasi yang mencerahkan. Seperti langit biru yang luas atau lautan yang menenangkan, ayat ini memberikan perspektif ketenangan dan kepastian. Kehidupan keluarga Hogla, Naham, dan Peraya, seperti halnya kehidupan kita, mungkin memiliki tantangan dan kegembiraan tersendiri. Namun, di dalam silsilah ilahi, mereka memiliki tempat yang pasti. Keseluruhan kitab Tawarikh bertujuan untuk mengingatkan orang-orang Israel tentang identitas mereka sebagai umat pilihan Tuhan dan tentang kesetiaan-Nya. Ayat spesifik ini, dengan menyoroti nama-nama tertentu, memperkuat gagasan bahwa setiap bagian dari silsilah, setiap individu, adalah bagian integral dari narasi kekudusan yang lebih besar.
Ayat 1 Tawarikh 7:34 bukan sekadar catatan silsilah, tetapi sebuah pengingat akan ketelitian Tuhan dalam karya-Nya, pentingnya setiap individu dalam rencana-Nya, dan kesinambungan janji-janji ilahi dari generasi ke generasi.