Dan keturunan Merari ialah Mahli, Libni, ibunya ialah Semaya.
Kitab 1 Tawarikh, pasal 9, ayat 39, merupakan bagian dari catatan silsilah bangsa Israel yang sangat terperinci. Ayat ini secara spesifik menyebutkan beberapa nama yang berasal dari suku Merari, salah satu dari tiga cabang utama suku Lewi. Keturunan yang disebutkan adalah Mahli, Libni, dan Semaya, dengan disebutkan bahwa Semaya adalah ibu dari salah satu nama yang disebutkan sebelumnya (kemungkinan dalam konteks penelusuran garis keturunan, Semaya adalah ayah dari Mahli dan Libni, atau Semaya adalah pasangan dari salah satu keturunan Merari yang menghasilkan nama-nama tersebut, tergantung interpretasi lebih luas dari konteks pasal).
Pentingnya ayat-ayat silsilah seperti ini dalam Alkitab tidak bisa diremehkan. Silsilah bukan sekadar daftar nama; mereka adalah benang yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dalam konteks bangsa Israel, silsilah adalah kunci untuk memahami status, warisan, dan hak-hak seseorang dalam perjanjian Allah. Keturunan Lewi, khususnya, memegang peran penting sebagai pelayan dalam Bait Allah dan memiliki tanggung jawab khusus terkait ibadah dan pemeliharaan hukum.
Menelusuri nama-nama seperti Mahli, Libni, dan Semaya, meskipun mungkin terdengar asing bagi pendengar modern, adalah bagian dari pemeliharaan sejarah dan identitas yang dijaga oleh bangsa Israel. Ini menunjukkan perhatian detail Tuhan terhadap setiap individu dan garis keturunannya. Dalam tradisi Yahudi, pelestarian silsilah dianggap sangat krusial, terutama bagi mereka yang memiliki peran dalam kepemimpinan rohani atau kepemilikan tanah warisan.
Dalam Kitab Tawarikh, penulis berusaha untuk merekonstruksi sejarah Israel pasca-pembuangan Babel, dan penekanan pada silsilah ini menunjukkan upaya untuk mengembalikan tatanan dan identitas yang hilang. Ayat 9:39 ini, meskipun singkat, memberikan informasi penting mengenai struktur keluarga dalam keturunan Lewi, yang nantinya akan berperan dalam pemulihan ibadah di Yerusalem. Setiap nama memiliki cerita dan peran dalam mosaik besar rencana Allah.
Oleh karena itu, memahami ayat seperti 1 Tawarikh 9:39 berarti menghargai ketelitian narasi Alkitab dan mengakui bahwa setiap detail, termasuk nama-nama leluhur, memiliki makna dan tempatnya dalam kesaksian ilahi. Ini adalah pengingat bahwa Allah mengingat dan peduli pada garis keturunan umat-Nya, dan bahwa sejarah keselamatan-Nya dijalin melalui kisah-kisah individu dan keluarga.