"Karena sebagian mereka telah menyimpang mengikuti Iblis."
Ayat 1 Timotius 5:15 memberikan sebuah peringatan yang begitu lugas dan mendalam bagi kehidupan iman setiap orang percaya. Kutipan ini, "Karena sebagian mereka telah menyimpang mengikuti Iblis," membawa kita pada refleksi tentang kerapuhan iman dan kemungkinan untuk tersesat dari jalan yang benar. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada Timotius, sedang memberikan arahan mengenai berbagai aspek kehidupan gereja, termasuk bagaimana memperlakukan janda-janda. Namun, peringatan ini melampaui konteks spesifik tersebut dan menyentuh prinsip universal mengenai bahaya pengabaian terhadap kebenaran ilahi.
Pernyataan "telah menyimpang" menunjukkan sebuah pergeseran, sebuah perubahan arah dari komitmen awal. Ini bukan sekadar kesalahan sesekali, melainkan sebuah kecenderungan yang berkembang, sebuah keputusan sadar atau tidak sadar untuk menjauh dari ajaran Kristus dan prinsip-prinsip Kerajaan-Nya. Apa yang membuat seseorang atau sekelompok orang menyimpang? Alkitab memberikan banyak gambaran, mulai dari godaan duniawi, kesombongan rohani, ajaran sesat yang menyesatkan, hingga ketidakpedulian terhadap firman Tuhan. Iblis, sebagai musuh jiwa-jiwa, senantiasa mencari celah untuk memutarbalikkan kebenaran dan menarik orang ke dalam kehancuran.
Mengikuti Iblis bukanlah sekadar melakukan tindakan dosa yang terlihat jelas. Seringkali, penyimpangan dimulai dari hal-hal kecil: keraguan terhadap firman Tuhan, kompromi dengan nilai-nilai dunia, atau sikap apatis terhadap pertumbuhan rohani. Ketika hati mulai menjauh dari sumber kehidupan, yaitu Tuhan Yesus Kristus, maka mudah sekali untuk mengikuti arah yang salah, yang pada akhirnya akan membawa kepada kehancuran kekal. Konsekuensi dari penyimpangan semacam ini, sebagaimana tersirat dalam firman ini, adalah hilangnya hubungan yang benar dengan Tuhan dan berbalik ke dalam pengaruh kekuatan gelap.
Penting bagi kita untuk menarik pelajaran dari peringatan ini. Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh dengan berbagai ajaran yang bersaing, kita perlu menjaga ketajaman rohani. Ini berarti kita harus terus menerus mengasah pemahaman kita akan Firman Tuhan, berdoa agar Roh Kudus membimbing dan menguatkan kita, serta hidup dalam komunitas orang percaya yang saling meneguhkan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa iman bukanlah sebuah pencapaian sekali jadi, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan kewaspadaan dan komitmen yang terus menerus. Kita harus senantiasa memeriksa hati dan pikiran kita, memastikan bahwa langkah-langkah kita selalu tertuju kepada Kristus, Sang Gembala Agung yang senantiasa menjaga domba-domba-Nya dari segala bahaya. Jangan sampai kita, seperti yang diperingatkan dalam 1 Timotius 5:15, justru berbalik dan mengikuti jalan yang akan membawa kita menjauh dari terang-Nya.