"Bagaimanakah mungkin seorang yang melayani hukum Taurat dan bukan Roh, yang dapat membuat orang menjadi hidup?"
Ayat dari Surat Paulus kepada jemaat di Korintus ini, khususnya 2 Korintus 3:8, menyoroti sebuah perbedaan fundamental. Rasul Paulus sedang membandingkan dua sistem pelayanan yang sangat berbeda: pelayanan hukum Taurat dan pelayanan Roh. Pertanyaan retoris yang diajukan di sini bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk menegaskan sebuah kebenaran yang mendalam tentang cara Allah bekerja dan bagaimana manusia dapat mencapai kehidupan sejati di hadapan-Nya. Pelayanan hukum Taurat, meskipun penting dalam menyingkapkan dosa dan standar kekudusan Allah, pada dasarnya tidak mampu memberikan kehidupan. Hukum Taurat menunjukkan jalan yang benar, tetapi tidak memberikan kekuatan untuk berjalan di jalan itu. Ia menuntut kesempurnaan, tetapi juga menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk mencapainya.
Sebaliknya, pelayanan Roh adalah yang membuat orang menjadi hidup. Ini merujuk pada karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Roh Kuduslah yang menganugerahkan kehidupan rohani yang baru, yang memampukan kita untuk mengasihi Allah dan sesama, yang memberikan kekuatan untuk menaati kehendak-Nya, dan yang membawa pembaharuan dari dalam. Dalam konteks Perjanjian Baru, Injil Kristus adalah pesan tentang keselamatan dan kehidupan yang datang melalui karya penebusan Yesus Kristus, yang kemudian digenapi dan diberlakukan oleh Roh Kudus. Injil bukan sekadar seperangkat aturan baru yang lebih sulit, melainkan sebuah anugerah yang mengubah hati dan memberikan kapasitas untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Paulus seringkali menggunakan kontras untuk menjelaskan kebenaran. Dalam pasal 3 ini, ia membandingkan kemuliaan yang memudar dari pelayanan hukum Taurat (seperti Musa yang wajahnya bersinar namun harus ditutupi) dengan kemuliaan yang semakin terang dari pelayanan Roh. Pelayanan hukum Taurat menekankan pada apa yang *harus* kita lakukan, yang seringkali berujung pada kegagalan dan penghukuman karena ketidakmampuan kita. Namun, pelayanan Roh menekankan apa yang telah Allah *lakukan* bagi kita melalui Kristus, dan kemudian apa yang Roh lakukan *di dalam* kita. Ini adalah fondasi harapan yang kokoh. Tanpa Roh Kudus, kita tetap terikat oleh tuntutan hukum yang tidak dapat kita penuhi, dan kita tidak akan pernah bisa mencapai kehidupan sejati di hadapan Allah.
Pemahaman akan 2 Korintus 3:8 memiliki implikasi besar bagi cara kita hidup sebagai orang percaya. Ini berarti kita tidak seharusnya mencari pembenaran atau kekuatan kita dalam usaha kita sendiri untuk menaati hukum, melainkan dalam kesadaran akan kasih karunia Allah yang telah diberikan kepada kita dalam Kristus dan dalam kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam kita. Kita dipanggil untuk hidup oleh tuntunan Roh, bukan oleh ketakutan akan hukuman hukum. Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk hidup kudus, untuk bertumbuh dalam Kristus, dan untuk menjadi saksi-Nya di dunia. Inilah inti dari Injil: bukan sekadar serangkaian instruksi, tetapi kuasa Allah yang menyelamatkan dan mentransformasi.