Tetapi ia dihukum karena kesalahannya sendiri, sama seperti Bileam, anak Beor, yang mengasihi upah ketidakbenaran.
Firman Tuhan dalam 2 Petrus 2:16 memberikan sebuah peringatan keras mengenai konsekuensi dari kesesatan dan pengejaran kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kebenaran ilahi. Ayat ini secara gamblang menghubungkan konsekuensi dari kesalahan dengan kisah Bileam, seorang nabi yang tergoda oleh janji upah untuk mengutuk bangsa Israel. Kisah Bileam, sebagaimana dicatat dalam Kitab Bilangan, menjadi sebuah contoh klasik mengenai bagaimana keinginan materi dan tekanan eksternal dapat menggoyahkan integritas rohani seseorang.
Dalam konteks surat 2 Petrus, ayat ini muncul dalam diskusi mengenai para nabi palsu dan guru-guru sesat yang akan menyusup ke dalam jemaat, membawa ajaran-ajaran sesat dan menyesatkan orang banyak. Para nabi palsu ini, seperti Bileam, seringkali didorong oleh motivasi yang egois dan duniawi. Mereka tidak lagi melayani Tuhan dengan tulus, melainkan mencari keuntungan pribadi, baik itu kekayaan, kehormatan, atau kesenangan sesaat. Umat percaya diingatkan untuk berhati-hati agar tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran menyesatkan yang disajikan dengan fasih namun berakar pada ketidakbenaran.
Poin krusial yang ingin disampaikan oleh Rasul Petrus adalah bahwa setiap kesalahan pasti akan menuai konsekuensi. Kesalahan Bileam bukan hanya sekadar keputusan sesaat, melainkan sebuah pilihan yang didasarkan pada "upah ketidakbenaran." Ini berarti ia secara sadar memilih untuk mengkhianati firman Tuhan demi imbalan duniawi. Ketamakan dan ambisi yang tidak terkendali membuatnya buta terhadap kehendak Allah dan mengabaikan panggilan sucinya sebagai seorang nabi. Akibatnya, ia tidak hanya mempermalukan dirinya sendiri, tetapi juga membawa malapetaka bagi dirinya dan bangsa yang dipengaruhinya.
Melalui ayat ini, kita diajak untuk merefleksikan hati dan motivasi kita dalam menjalani kehidupan iman. Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi kebenaran dan tunduk pada kehendak Tuhan, ataukah ada "upah ketidakbenaran" yang diam-diam kita kejar? Godaan duniawi selalu ada, dan seringkali datang dalam bentuk yang halus namun merusak. Ajaran-ajaran yang menyimpang dari kebenaran Alkitab, meskipun terdengar menarik atau memberikan kenyamanan sementara, pada akhirnya akan membawa kehancuran.
Ayat ini juga menegaskan bahwa Tuhan melihat segala sesuatu. Meskipun seseorang mungkin berhasil menipu manusia, ia tidak dapat menipu Tuhan. Bileam dihukum karena kesalahannya sendiri. Ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil, yang akan meminta pertanggungjawaban atas setiap tindakan yang dilakukan. Bagi para guru sesat dan nabi palsu di masa itu, dan bahkan bagi kita di masa kini, pesan ini adalah panggilan untuk menjaga kemurnian ajaran dan ketulusan hati. Kita harus berjuang untuk hidup dalam kebenaran, menolak godaan kesesatan, dan senantiasa memprioritaskan kehendak Allah di atas segala keinginan duniawi. Dengan demikian, kita dapat menghindari jebakan yang sama seperti Bileam dan hidup dalam perkenanan-Nya.