2 Raja-raja 10:18 - Kesetiaan Yerobeam dalam Mengabdi

"Kemudian Yeromengumpulkan semua orang banyak itu dan berkata kepada mereka: "Saul telah membunuh sedikit orang, tetapi Daud beribu-ribu. Sekalipun demikian, takutlah kamu kepada tuanku raja dari Israel? Bukankah ia telah memilihmu dan mengangkatmu dari antara saudara-saudaramu? Berilah kiranya dia kemuliaan. Jika ia berbuat apa yang baik di matanya, biarlah dia berbuat."

Memahami Konteks Ayat

Ayat dari 2 Raja-raja 10:18 ini memang seringkali menarik perhatian karena menampilkan sebuah momen dramatis dalam sejarah Kerajaan Israel. Dalam konteks ini, kita diajak untuk merenungkan lebih dalam mengenai makna kesetiaan, otoritas raja, dan bagaimana hal tersebut direspon oleh rakyatnya. Yerobeam, yang disebutkan dalam ayat ini, bukanlah Yerobeam bin Nebat, raja pertama Israel Utara setelah perpecahan kerajaan, melainkan Jehu, raja Israel yang lain, yang sedang berkuasa pada periode yang diceritakan dalam Kitab Raja-raja. Perlu dicatat bahwa terjemahan "Yerome" dalam beberapa versi mungkin berasal dari kesalahan penamaan atau penekanan pada peran sebagai "orang yang mengurapi" (seperti "Yerobeam" yang juga merupakan nama raja). Namun, jika kita merujuk pada konteks pasal 10 Kitab 2 Raja-raja, pembicara dalam ayat ini adalah Jehu, dan ia sedang berbicara kepada orang banyak setelah membersihkan keluarga Ahab dari Israel.

Ayat ini menjadi penting karena menunjukkan sebuah strategi retorika yang digunakan oleh Jehu untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan memastikan kepatuhan dari rakyatnya. Ia membandingkan dirinya dan pengabdian yang diharapkan dari rakyat dengan tokoh-tokoh sebelumnya. Dengan menyebut Saul yang "membunuh sedikit orang" dan Daud yang "beribu-ribu", Jehu secara implisit mengangkat martabatnya sendiri di hadapan rakyat. Perbandingannya dengan Daud, seorang raja yang dihormati dan dianggap sebagai simbol kebesaran Israel, bertujuan untuk menanamkan gagasan bahwa pengabdian kepadanya adalah sebuah kehormatan, sama seperti pengabdian kepada Daud di masa lalu.

Implikasi Kesetiaan dan Otoritas

Pernyataan Jehu, "Takutlah kamu kepada tuanku raja dari Israel? Bukankah ia telah memilihmu dan mengangkatmu dari antara saudara-saudaramu? Berilah kiranya dia kemuliaan. Jika ia berbuat apa yang baik di matanya, biarlah dia berbuat," secara gamblang menggarisbawahi pentingnya otoritas raja. Jehu mengingatkan rakyat bahwa mereka telah dipilih dan diangkat olehnya. Ini adalah sebuah klaim otoritas yang kuat, menekankan bahwa posisi mereka saat ini adalah berkat dari sang raja. Dengan demikian, Jehu meminta agar rakyat memberikan "kemuliaan" kepadanya, yang berarti penghormatan, kepatuhan, dan dukungan.

Frasa "Jika ia berbuat apa yang baik di matanya, biarlah dia berbuat" menunjukkan sebuah bentuk kepatuhan yang mutlak. Ini bukan sekadar kepatuhan dalam situasi tertentu, tetapi pengakuan atas hak raja untuk membuat keputusan tanpa banyak dipertanyakan. Dalam budaya kuno, seperti yang digambarkan dalam Kitab Raja-raja, otoritas raja seringkali dilihat sebagai mandat ilahi. Oleh karena itu, menentang raja berarti menentang tatanan yang telah ditetapkan. Jehu menggunakan bahasa ini untuk menegaskan bahwa setiap tindakan raja, baik yang terlihat baik maupun yang mungkin dipertanyakan oleh sebagian orang, harus diterima dengan tunduk.

Pelaksanaan Kekuasaan dan Dampaknya

Pada titik ini dalam sejarah Israel, ketidakstabilan politik dan perebutan kekuasaan adalah hal yang umum. Jehu sendiri naik takhta melalui sebuah kudeta berdarah, memusnahkan keluarga Ahab yang dianggap jahat. Oleh karena itu, retorika seperti yang diucapkan Jehu dalam ayat ini adalah bagian dari upaya untuk memperkuat posisinya dan mencegah pemberontakan di masa depan. Ia berusaha menciptakan citra dirinya sebagai raja yang kuat dan berhak atas kesetiaan mutlak.

Ayat ini menjadi sebuah studi kasus yang menarik tentang bagaimana para penguasa pada zaman kuno menggunakan berbagai cara, termasuk retorika persuasif dan perbandingan historis, untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Ini juga mengajarkan kita tentang kompleksitas hubungan antara penguasa dan rakyat, serta bagaimana konsep kesetiaan dapat dimanipulasi atau ditegakkan demi stabilitas (atau setidaknya demi kepentingan penguasa).

Raja Israel

Gambar SVG melambangkan otoritas raja dan rakyatnya.