"Lalu Yehu menyuruh untuk mengumumkan ke seluruh Israel: 'Semua penyembah Baal, marilah mendekat!' Maka mereka datang."
Ayat 2 Raja-raja 10:21 membuka sebuah lembaran dramatis dalam sejarah Israel, menceritakan strategi Raja Yehu untuk membasmi penyembahan berhala Baal. Dalam narasi Kitab Suci, Yehu digambarkan sebagai tokoh yang tegas dan tanpa kompromi dalam menjalankan perintah Tuhan. Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya ketaatan, kebenaran, dan konsekuensi dari penyembahan berhala.
Setelah Yerusalem mengalami masa-masa kegelapan di bawah pengaruh Izebel, yang mempromosikan penyembahan Baal secara besar-besaran, Tuhan mengangkat Yehu untuk melakukan pembersihan. Yehu, yang diurapi sebagai raja Israel, memiliki mandat ilahi untuk mengakhiri praktik-praktik yang najis ini. Ia memahami bahwa untuk memberantas penyembahan berhala secara tuntas, ia perlu bertindak dengan kecerdikan dan kekuatan.
Perintah Yehu dalam ayat 21 ini menunjukkan bagaimana ia mengumpulkan para penyembah Baal dari seluruh negeri. Ini bukanlah sebuah undangan terbuka, melainkan sebuah taktik cerdas untuk mengisolasi dan menghakimi mereka yang telah menyimpang dari jalan Tuhan. Dengan memanggil semua penyembah Baal untuk berkumpul, Yehu menciptakan situasi di mana ia dapat mengontrol dan bertindak dengan cepat. Ini adalah momen krusial di mana para penyembah berhala, yang selama ini merasa aman dalam jumlah mereka, kini berada di bawah kendali penuh raja yang ditugaskan Tuhan.
Kisah ini menyoroti dualisme yang sering terjadi dalam kehidupan rohani: ada orang yang setia kepada Tuhan, dan ada pula yang terjerumus dalam kesesatan. Yehu, dengan kebijaksanaannya, tidak langsung menghakimi. Ia memberikan kesempatan bagi mereka yang memanggil diri sebagai penyembah Baal untuk berkumpul. Hal ini memungkinkan identifikasi yang jelas siapa saja yang terlibat dalam praktik tersebut.
Lebih lanjut, ayat ini menjadi titik tolak dari serangkaian tindakan Yehu yang drastis. Setelah para penyembah Baal berkumpul di Bait Baal, Yehu memerintahkan pembantaian mereka, sebuah tindakan yang memang brutal namun dilihat dari perspektif teologis pada masa itu sebagai pelaksanaan penghukuman ilahi atas dosa penyembahan berhala yang sangat dibenci Tuhan. Pemberontakan terhadap Tuhan memiliki konsekuensi serius, dan Yehu bertindak sebagai alat keadilan-Nya.
Pelajaran penting yang bisa kita ambil adalah pentingnya menjaga kesetiaan kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Penyembahan berhala di zaman modern bisa saja tidak berupa patung fisik, melainkan bisa berupa kekayaan, kekuasaan, kesenangan duniawi, atau hal-hal lain yang kita letakkan di atas Tuhan. Ayat 2 Raja-raja 10:21 mengingatkan kita untuk senantiasa memeriksa hati kita dan memastikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang kita sembah dan percayai.
Kisah Yehu adalah pengingat bahwa kebenaran harus ditegakkan, bahkan jika itu berarti tindakan yang tegas. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk membedakan antara keadilan dan kekejaman, serta untuk selalu mengutamakan kasih dan pengampunan yang diajarkan oleh Yesus. Tetaplah setia pada Firman Tuhan, menjauhi segala bentuk penyembahan berhala modern, dan hidup dalam terang-Nya.