Ilustrasi: Peti Persembahan TUHAN
Kisah dari Kitab 2 Raja-raja pasal 12 ayat 11 ini, yang berfokus pada penataan sistem persembahan di Bait Suci, menawarkan sebuah pelajaran berharga tentang integritas, transparansi, dan pengelolaan yang bijak. Pada masa pemerintahan Raja Yoas, sebuah inisiatif penting diambil untuk memastikan bahwa persembahan yang dibawa oleh umat kepada Tuhan dikelola dengan baik dan dipergunakan sesuai tujuan semula, yaitu untuk pemeliharaan dan perbaikan rumah Tuhan.
Ayat tersebut secara spesifik menyebutkan bahwa "mereka membuat peti di depan pintu gerbang TUHAN, dan menyuruh orang-orang Lewi yang menjaga pintu itu supaya mereka memasukkan semua perak yang dibawa orang ke dalam rumah TUHAN." Tindakan ini bukan sekadar ritual belaka, melainkan sebuah langkah strategis untuk menciptakan sebuah sistem yang terkontrol dan akuntabel. Dengan menempatkan peti persembahan di lokasi yang strategis dan dijaga oleh orang-orang Lewi yang dipercaya, potensi penyalahgunaan atau penyelewengan dapat diminimalkan.
Penggunaan "peti" menunjukkan adanya wadah yang terpisah dan teratur untuk menampung sumbangan umat. Hal ini menyiratkan pengakuan bahwa setiap pemberian, sekecil apapun, memiliki nilai dan perlu dihargai. Penempatan peti ini juga secara visual mengingatkan setiap orang yang datang ke Bait Suci tentang kewajiban mereka untuk memberikan sebagian dari berkat yang telah mereka terima.
Lebih lanjut, penunjukan orang-orang Lewi sebagai penjaga dan pengelola peti ini menegaskan pentingnya keahlian dan kepercayaan dalam urusan rohani maupun material. Orang-orang Lewi memiliki peran khusus dalam ibadah dan pelayanan di Bait Suci, sehingga mereka dianggap pantas untuk dipercayakan dalam tugas ini. Keterlibatan mereka memastikan bahwa persembahan tersebut tidak hanya dikumpulkan, tetapi juga dikelola dengan prinsip kekudusan dan kejujuran yang diharapkan di hadapan Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap aspek kehidupan, terutama yang berkaitan dengan pemberian, penting untuk memiliki sistem yang transparan dan terpercaya. Baik dalam konteks persembahan kepada Tuhan, sumbangan amal, maupun pengelolaan keuangan dalam sebuah organisasi, prinsip integritas dan akuntabilitas harus selalu dijunjung tinggi. Kepercayaan umat atau anggota akan tumbuh ketika mereka melihat bahwa apa yang mereka berikan dikelola dengan baik dan memberikan dampak yang positif.
Perhatikanlah bagaimana Raja Yoas dan para pemimpin pada masa itu sangat berhati-hati dalam menangani persembahan. Mereka tidak membiarkannya menguap begitu saja, melainkan membangun sebuah mekanisme yang kuat untuk pengumpulan dan pengelolaan. Ini adalah cerminan dari hikmat yang Tuhan berikan kepada para pemimpin untuk memastikan kemakmuran dan keberlangsungan rumah ibadah, serta untuk menjaga hubungan yang sehat antara Tuhan, umat-Nya, dan para pelayan-Nya.
Kita dapat mengambil pelajaran penting dari ayat ini untuk diterapkan dalam kehidupan pribadi maupun komunal. Bagaimana kita mengelola pemberian kita? Apakah kita memberikan dengan sukarela dan tulus? Apakah kita memastikan bahwa apa yang kita berikan digunakan untuk tujuan yang benar? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk merefleksikan hati dan tindakan kita, meneladani keteladanan hikmat yang disajikan dalam Kitab 2 Raja-raja.