"Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat, yang telah membuat Israel berdosa, melainkan ia melakukannya juga."
Ayat yang kita renungkan hari ini, 2 Raja-Raja 13:11, menyajikan sebuah gambaran mengenai seorang raja yang, meskipun memiliki nama yang mungkin terdengar kuat, tindakannya justru merujuk pada ketaatan yang keliru. Ayat ini secara gamblang menyatakan, "Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat, yang telah membuat Israel berdosa, melainkan ia melakukannya juga." Kata kunci yang dapat kita tangkap dari ayat ini adalah 2 raja raja 13 11, yang mengarahkan kita pada konteks sejarah dan spiritual yang kaya dalam Kitab Suci.
Yerobeam bin Nebat adalah sosok yang dikenal dalam sejarah Israel sebagai raja yang memperkenalkan praktek penyembahan berhala di utara kerajaan. Ia mendirikan patung anak lembu emas di Betel dan di Dan, serta menetapkan hari raya yang tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan. Tujuannya adalah untuk mencegah rakyatnya pergi ke Yerusalem untuk beribadah, yang secara politis dapat memperkuat kerajaan selatan Yehuda. Namun, dari perspektif ilahi, tindakan Yerobeam ini adalah pemberontakan besar terhadap Tuhan dan sumber kesesatan bagi bangsa Israel.
Dalam konteks raja yang disebutkan di ayat ini, ia justru memilih untuk meneladani dosa-dosa Yerobeam. Ini adalah gambaran tragis tentang bagaimana kesalahan pemimpin dapat mengalir dan meracuni generasi penerus. Alih-alih belajar dari sejarah dan mencari jalan yang benar di hadapan Tuhan, ia memilih jalur yang sama yang telah membawa bangsa Israel pada kemerosotan spiritual dan akhirnya pada penghukuman. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan pada tradisi yang salah, meskipun mungkin dianggap sebagai cara untuk mempertahankan identitas atau kekuasaan, justru akan menjauhkan seseorang dari kehendak Tuhan.
Ayat 2 raja raja 13 11 mengajarkan kita sebuah pelajaran penting tentang arti sebenarnya dari ketaatan. Ketaatan yang sejati bukanlah sekadar mengikuti jejak leluhur atau tradisi yang telah mapan, terutama jika tradisi tersebut bertentangan dengan firman Tuhan. Sebaliknya, ketaatan yang benar adalah sebuah pilihan sadar untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, seperti yang dinyatakan dalam hukum dan ajaran-Nya. Ini berarti kita harus secara aktif memeriksa keyakinan dan tindakan kita, membandingkannya dengan standar ilahi, dan bersedia untuk meninggalkan apa pun yang tidak selaras dengan kebenaran.
Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak menghadapi patung anak lembu emas, namun kita dihadapkan pada godaan untuk mengikuti arus dunia yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran dan moralitas yang diajarkan dalam Kitab Suci. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terbawa oleh kesalahan masa lalu atau oleh popularitas tren yang sesat. Kita dipanggil untuk memiliki keberanian seperti para nabi Tuhan yang berani berbicara kebenaran meskipun menghadapi penolakan, dan memiliki iman yang teguh seperti para tokoh saleh yang tetap setia kepada Tuhan dalam segala keadaan.
Memilih untuk tidak mengulangi dosa-dosa yang telah diperbuat oleh pendahulu kita adalah tindakan kearifan dan kesalehan. Ini adalah fondasi untuk membangun generasi yang kuat dalam iman dan integritas. Dengan merenungkan 2 raja raja 13 11, mari kita komitmen untuk selalu mencari hikmat Tuhan dalam setiap keputusan kita, memastikan bahwa langkah-langkah kita mencerminkan ketaatan yang tulus, bukan sekadar pengulangan kesalahan masa lalu. Kita diajak untuk terus belajar, bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, dan menjalani hidup yang berkenan di hadapan-Nya.
Untuk mendalami konteks sejarah dan teologis lebih lanjut, Anda dapat merujuk pada penafsiran Kitab Suci di situs Alkitab SABDA atau sumber-sumber teologis terpercaya lainnya.