"Juga semua kitab suci yang dibawa oleh para imam, yang mereka kumpulkan, dan yang diminta oleh umat itu, diangkut oleh Hizkia bersama-sama dengan mereka, dan mereka menetapkan bahwa setiap orang harus membayar persepuluhan kepada rumah TUHAN."
Ayat 2 Raja-raja 16:16 ini membuka jendela ke dalam masa pemerintahan Raja Hizkia, seorang raja Yehuda yang dikenal karena imannya dan upayanya untuk memulihkan ibadah kepada TUHAN setelah masa kegelapan di bawah raja-raja sebelumnya. Dalam konteks sejarah ini, ayat tersebut menyoroti tindakan konkret Hizkia dalam mengorganisir kembali sistem perpuluhan. Ini bukan sekadar tindakan administratif, melainkan sebuah langkah spiritual yang mendalam.
Perpuluhan adalah perintah ilahi yang telah lama ada, yang bertujuan untuk menopang para imam dan suku Lewi, serta untuk pemeliharaan Bait Allah. Namun, di masa-masa kemurtadan, praktik ini seringkali terabaikan atau diselewengkan. Hizkia, dengan visi pemulihannya, memastikan bahwa sumber daya finansial yang vital untuk ibadah dan pelayanan itu dikembalikan ke tempatnya yang semestinya. Pengumpulan dan distribusi kitab suci yang disebutkan dalam ayat ini juga menunjukkan komitmen Hizkia untuk mengembalikan integritas spiritual bangsa.
Pelajaran dari ayat ini sangat relevan bagi kehidupan modern. Pertama, ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan terhadap perintah Tuhan, termasuk dalam hal memberikan perpuluhan dan persembahan. Ketaatan ini bukan beban, melainkan sebuah tindakan iman yang memberkati, yang mendukung pekerjaan Tuhan di bumi. Ketika kita memberikan bagian kita, kita turut ambil bagian dalam misi-Nya.
Kedua, ayat ini menekankan pentingnya pengelolaan yang baik atas sumber daya yang Tuhan berikan kepada kita. Hizkia mengorganisir sistem perpuluhan agar berfungsi dengan efektif, memastikan bahwa dana tersebut digunakan untuk tujuan yang seharusnya. Ini mengajarkan kita untuk menjadi penatalayan yang setia atas segala hal yang Tuhan percayakan, baik waktu, talenta, maupun materi.
Lebih jauh lagi, inisiatif Hizkia mencerminkan bahwa pemulihan spiritual seringkali membutuhkan tindakan yang terencana dan sistematis. Ia tidak hanya berdoa dan berbicara, tetapi juga bertindak. Inilah yang membuat imannya terlihat nyata dan berdampak. Kita dipanggil untuk serupa: bukan hanya memiliki keyakinan, tetapi juga mewujudkan keyakinan itu dalam tindakan nyata yang membawa kebaikan dan kemuliaan bagi Tuhan.
"Berkat yang mengalir dari ketaatan."