"Dan Hizkia bertanya kepada Yesaya: "Apakah yang akan mereka bawa dari istanamu, dan apakah yang telah mereka simpan di istanamu?" Jawab Yesaya: "Segala yang ada di istanamu dan segala yang telah disimpan nenek moyangmu sampai pada hari ini akan dibawa ke Babel. Tidak ada yang akan ditinggalkan."
Kisah Raja Hizkia, salah satu raja terkemuka di Yehuda, dipenuhi dengan peristiwa dramatis yang membentuk nasib kerajaannya. Di tengah masa pemerintahannya, ia dihadapkan pada cobaan terberat ketika nabi Yesaya menyampaikan pesan yang mengejutkan dari Tuhan: "Taruhlah urusanmu itu dalam rumah tanggamu, sebab engkau akan mati, dan tidak akan sembuh." Situasi ini, yang tercatat dalam kitab 2 Raja-Raja pasal 20, menggambarkan kerapuhan eksistensi manusia bahkan bagi seorang raja yang saleh sekalipun. Hizkia, dengan hati yang hancur, berdoa memohon perpanjangan hidup, dan Tuhan mengabulkan permohonannya, menambahkan lima belas tahun pada usianya.
Namun, setelah pemulihan ajaibnya, muncul sebuah interaksi penting yang dicatat dalam ayat 16. Delegasi dari Babel datang untuk menanyakan tentang keajaiban yang terjadi pada raja Yehuda. Ini adalah momen yang tampaknya menjadi kesempatan bagi Hizkia untuk menunjukkan kemuliaan Tuhan. Sayangnya, apa yang sebenarnya terjadi adalah Hizkia memamerkan kekayaan dan segala kemegahan istananya kepada utusan Babel. Tindakan ini, meskipun mungkin dilatarbelakangi oleh kesombongan atau keinginan untuk menunjukkan kekuatan kerajaannya, menjadi sebuah kesalahan fatal yang membawa konsekuensi jangka panjang.
Pernyataan nabi Yesaya dalam ayat 2 Raja-Raja 20:16 sangatlah gamblang dan penuh makna. "Segala yang ada di istanamu dan segala yang telah disimpan nenek moyangmu sampai pada hari ini akan dibawa ke Babel. Tidak ada yang akan ditinggalkan." Kata-kata ini bukan sekadar ramalan, melainkan sebuah peringatan keras. Ini menunjukkan bahwa tindakan Hizkia telah membuka pintu bagi bangsa Asyur, dan kemudian Babel, untuk mengetahui kekayaan Yehuda. Lebih dari sekadar penjarahan materi, ini adalah pengingat bahwa kesombongan dan ketergantungan pada kekayaan duniawi dapat menuntun pada kehancuran.
Peristiwa ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesederhanaan, kerendahan hati, dan fokus pada Tuhan. Ketergantungan pada sumber daya materi atau bahkan pertahanan militer seringkali menjadi ilusi keamanan. Sejarah kemudian membuktikan kebenaran nubuat Yesaya. Bertahun-tahun kemudian, kerajaan Yehuda memang akan jatuh ke tangan Babel, dan kekayaannya akan diangkut ke kota Babel, persis seperti yang diperingatkan.
Ayat 2 Raja-Raja 20:16 menjadi saksi bisu dari keputusan yang tampaknya kecil namun berdampak besar. Ia mengingatkan bahwa setiap tindakan, terutama yang dilakukan oleh para pemimpin, memiliki resonansi yang melampaui momen tersebut. Penting bagi kita untuk merefleksikan bagaimana kita menggunakan karunia dan berkat yang Tuhan berikan, agar tidak jatuh ke dalam jebakan kesombongan atau kekaguman pada dunia materi, melainkan terus menjadikan Tuhan sebagai pusat segala sesuatu. Kisah Hizkia, dengan segala kemuliaan dan kesalahannya, terus menjadi pengingat abadi tentang kebenaran ilahi dan konsekuensi dari pilihan-pilihan kita.