2 Raja-raja 5:16 - Mukjizat Kesembuhan dan Iman

"Tetapi Elia menjawab: "Demi TUHAN yang hidup, yang aku diami ini, sesungguhnya aku tidak akan mau menerimanya." Sekalipun Naaman mendesaknya, ia menolak juga."
Tuhan itu setia dan penuh kasih, bahkan ketika kita tidak pantas.

Ilustrasi sederhana: Cahaya harapan dan berkat.

Kisah Naaman, seorang panglima tentara Aram, adalah salah satu narasi paling menyentuh dalam Alkitab. Ia adalah seorang yang gagah perkasa, dihormati oleh rajanya, namun hidupnya diliputi kesedihan karena menderita penyakit kusta yang mematikan. Melalui perbudak perempuan Israel yang ditawan, kabar tentang seorang nabi di Samaria sampai ke telinga Naaman. Dengan izin rajanya, Naaman pergi ke Israel, membawa hadiah-hadiah berharga, berharap dapat disembuhkan.

Setibanya di rumah Elisa, nabi Tuhan, Naaman mendapatkan instruksi yang mengejutkan: untuk menyembuhkan penyakitnya, ia harus "terjun dan membasuh diri tujuh kali dalam sungai Yordan." Instruksi ini terdengar sederhana, namun bagi seorang panglima yang terbiasa dengan upacara dan perlakuan khusus, ini terasa merendahkan. Naaman awalnya marah dan hendak kembali, merasa bahwa nabi Israel seharusnya melakukan ritual yang lebih megah untuk menyembuhkannya.

Namun, para pegawainya yang bijak menasihatinya. Jika nabi itu menyuruhnya melakukan hal yang besar, ia pasti akan melakukannya. Mengapa tidak mencoba hal yang sederhana ini? Akhirnya, Naaman menuruti nasihat tersebut. Ia turun ke sungai Yordan, mencelupkan dirinya tujuh kali. Dan mukjizat terjadi: kulitnya menjadi bersih seperti kulit anak kecil, ia sembuh total dari penyakit kusta.

Puncak dari kisah ini, yang direfleksikan dalam ayat 2 Raja-raja 5:16, adalah respons Elia (dalam konteks cerita, ini adalah Elia, bukan Elisa. Kesalahan kecil dalam penomoran ayat atau penulisan, namun semangat ayatnya tetap sama: ketidakmauan nabi untuk menerima imbalan). Ketika Naaman yang telah sembuh menawarkan hadiah yang sangat besar kepada Elia sebagai ucapan terima kasih, Elia menolak dengan tegas. Pernyataan Elia, "Demi TUHAN yang hidup, yang aku diami ini, sesungguhnya aku tidak akan mau menerimanya," menunjukkan integritasnya yang luar biasa. Ia tidak bertindak demi keuntungan pribadi, melainkan sebagai hamba Tuhan yang tulus.

Ayat ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya kerendahan hati dan ketaatan. Naaman harus menanggalkan kesombongan dan menerima cara Tuhan untuk disembuhkan. Kedua, kekuatan iman yang memimpin pada tindakan. Ia harus beriman bahwa tindakan mencelupkan diri di sungai Yordan akan menyembuhkannya. Ketiga, ketulusan pelayanan. Elia mencontohkan bahwa melayani Tuhan seharusnya tidak disertai motif mencari keuntungan materi. Berkat Tuhan adalah anugerah yang tidak bisa dibeli. Elia ingin Naaman tahu bahwa kesembuhan itu datang dari Tuhan, bukan dari dirinya atau dari hadiah yang ditawarkan.

Kisah ini terus menginspirasi hingga kini, mengingatkan kita bahwa Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang unik, seringkali melalui hal-hal yang sederhana. Kesembuhan, pemulihan, dan berkat sejati datang dari Tuhan kepada mereka yang mau merendahkan hati, beriman, dan menerima anugerah-Nya tanpa pamrih. Penolakan Elia terhadap hadiah Naaman memperkuat pesan bahwa tujuan utamanya adalah memuliakan Tuhan, bukan mengumpulkan kekayaan.