Kisah dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 5 memaparkan sebuah interaksi yang dramatis antara beberapa tokoh penting: Elisa sang nabi Allah, Naaman sang panglima tentara Aram, dan raja Israel serta raja Aram. Ayat ketujuh dari pasal ini merekam reaksi kuat dari raja Israel ketika ia menerima sebuah surat dari raja Aram. Surat tersebut berisi permintaan yang terkesan mendesak dan, bagi raja Israel, sangat tidak masuk akal.
Konteks Permintaan Sang Raja Aram
Permintaan yang sampai ke tangan raja Israel bukanlah sekadar kunjungan biasa. Raja Aram sedang menghadapi masalah besar: panglima militernya yang gagah berani, Naaman, menderita penyakit kusta yang mematikan. Melalui seorang hamba perempuan Israel yang tertangkap dalam salah satu penyerbuan Aram, informasi tentang kemampuan penyembuhan Elisa di Israel sampai ke telinga Naaman, dan kemudian ke raja Aram. Terdesak oleh kondisi Naaman, raja Aram mengirimkan utusan kepada raja Israel dengan surat yang meminta agar Naaman disembuhkan dari penyakitnya. Surat itu, seperti yang diungkapkan oleh perkataan raja Israel, secara tersirat menuntut campur tangan ilahi yang hanya bisa dilakukan oleh Allah.
Ilustrasi: Naaman yang menderita kusta, memohon penyembuhan.
Reaksi Raja Israel: Ketakutan dan Ketidakmengertian
Membaca surat dari raja Aram, reaksi pertama raja Israel adalah kaget dan panik. Ia mengoyakkan pakaiannya, sebuah tanda kesedihan, ketakutan, atau keputusasaan yang mendalam dalam budaya Timur Dekat kuno. Ia segera menafsirkan permintaan tersebut sebagai sebuah provokasi. Perkataannya, "Apakah aku ini Allah, sanggup membunuh dan menghidupkan, sehingga orang ini mengutus seseorang kepadaku untuk meminta aku menyembuhkan seorang dari penyakitnya?" menunjukkan kebingungannya dan rasa ketidakberdayaannya.
Raja Israel tidak melihat dirinya sebagai memiliki kekuatan supranatural. Baginya, hanya Allah yang memiliki otoritas untuk memberikan kehidupan dan mengambilnya, serta kemampuan untuk menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh manusia. Permintaan untuk menyembuhkan Naaman, yang ditujukan kepadanya, seolah menempatkan dirinya pada posisi ilahi yang seharusnya hanya milik Tuhan. Ia khawatir bahwa raja Aram mungkin mencari alasan untuk memulai perang terhadapnya. Ia merasa tidak mampu memenuhi permintaan itu dan melihatnya sebagai jebakan.
Kesalahpahaman dan Arah yang Benar
Ayat ini dengan jelas menggambarkan kesalahpahaman yang terjadi. Raja Aram, meskipun ia mengutus permintaan itu, mungkin tidak sepenuhnya memahami bagaimana penyembuhan itu akan terjadi, tetapi ia percaya akan kekuatan ilahi yang terkait dengan nabi Allah di Israel. Raja Israel, di sisi lain, sepenuhnya tidak menyadari bahwa permintaan itu sebenarnya ditujukan kepada kemampuan Allah melalui hamba-Nya, Elisa, bukan kepada kekuatannya sendiri. Ia terjebak dalam perspektif politik dan kekuasaan manusia, sementara solusi yang sebenarnya terletak pada ranah spiritual.
Kisah ini membawa kita pada titik krusial dalam narasi penyembuhan Naaman. Ia menunjukkan bagaimana manusia seringkali bereaksi berdasarkan pemahaman terbatas mereka, merasa terancam atau bingung ketika dihadapkan pada kekuatan yang melampaui kapasitas mereka. Namun, melalui situasi ini, Allah justru mempersiapkan jalan bagi mukjizat-Nya untuk dinyatakan, mengubah ketakutan menjadi harapan dan ketidakmengertian menjadi pemahaman akan kuasa ilahi yang sesungguhnya.