"Maka orang Edom melarikan diri pada zaman itu, sehingga Yoram menjadi raja atas Edom."
Ayat 2 Raja-Raja 8:22 mungkin terdengar sederhana, namun di dalamnya tersimpan makna mendalam mengenai dinamika kekuasaan dan kesetiaan, baik dari sisi manusia maupun dari sisi ilahi. Ayat ini mencatat momen perubahan besar di Kerajaan Edom, di mana mereka memberontak dan berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Yehuda. Meskipun ayat ini berfokus pada pergolakan politik, kita dapat menarik pelajaran penting tentang bagaimana kesetiaan Tuhan bekerja bahkan di tengah ketidakpastian dunia.
Kisah ini merupakan bagian dari catatan sejarah Kerajaan Yehuda. Pada masa itu, Edom berada di bawah kendali raja Yehuda. Namun, seperti yang sering terjadi dalam sejarah kuno, rasa ketidakpuasan dan keinginan untuk merdeka tumbuh subur. Pemberontakan ini berujung pada pembentukan kembali kerajaan Edom yang merdeka, sebuah peristiwa yang signifikan bagi bangsa itu. Di sini kita melihat bahwa perubahan adalah konstanta dalam kehidupan manusia dan bangsa. Peta kekuasaan bisa berubah, aliansi bisa retak, dan situasi yang tampaknya stabil bisa runtuh dalam sekejap.
Dalam konteks perjanjian kekal Tuhan dengan umat-Nya, ayat seperti 2 Raja-Raja 8:22 mengingatkan kita bahwa kesetiaan Tuhan tidak bergantung pada kestabilan politik atau kesuksesan duniawi. Meskipun raja Yehuda mungkin kecewa karena kehilangan kendali atas Edom, kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya tetap teguh. Janji-janji-Nya tidak goyah oleh perubahan di pemerintahan dunia. Sebaliknya, Tuhan terus berdaulat atas segala sesuatu, termasuk pergerakan bangsa-bangsa.
Kisah ini juga mengajarkan kita tentang ketekunan. Bangsa Edom berjuang untuk kebebasan mereka, dan dalam hal ini, mereka berhasil. Namun, penting untuk diingat bahwa narasi Alkitab secara keseluruhan menekankan bahwa kemenangan sejati dan keberlangsungan datang dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Bagi orang percaya, kesetiaan Tuhan adalah jangkar yang kokoh di tengah badai kehidupan. Entah kita mengalami kemenangan atau kekalahan, kesetiaan-Nya tidak pernah berubah. Ia tetap setia pada janji-Nya, pada karakter-Nya, dan pada rencana-Nya yang besar bagi umat manusia.
Kita sering kali mencari kepastian dalam hal-hal duniawi: stabilitas ekonomi, kekuatan politik, atau kesuksesan pribadi. Namun, ayat 2 Raja-Raja 8:22 mendorong kita untuk melihat melampaui perubahan sementara. Kesetiaan Tuhan adalah fondasi yang tidak dapat digoyahkan. Dalam perjalanan iman kita, ada kalanya kita merasa ditinggalkan atau dihadapkan pada situasi yang sulit. Namun, seperti orang Edom yang akhirnya menemukan jalannya sendiri, Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk membawa kita melewati setiap tantangan, menjaga janji-Nya bagi kita yang percaya. Mengakui kesetiaan-Nya di tengah segala perubahan dunia adalah kunci untuk mengalami kedamaian yang sejati.
Bahkan ketika raja-raja duniawi berusaha untuk menguasai atau melepaskan diri, kesetiaan Tuhan adalah konstanta yang dapat diandalkan. Ayat 2 Raja-Raja 8:22, dengan kesederhanaannya, membuka jendela ke dalam kebesaran karakter Tuhan yang tidak pernah berubah.