Ayat 2 Raja-raja 9:13 menceritakan momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel utara. Kejadian ini bukan sekadar pergantian kepemimpinan biasa, melainkan sebuah pengurapan yang penuh kejutan dan drama. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini membuka pintu bagi revolusi yang akan mengguncang takhta dan mengubah arah bangsa. Kita akan menyelami lebih dalam makna dan implikasi dari peristiwa ini, terutama dari perspektif Yosua sendiri dan bagaimana ia diangkat menjadi raja.
Penting untuk memahami latar belakang sebelum kita mengupas ayat ini. Israel utara saat itu berada di bawah kekuasaan raja yang korup dan tidak setia kepada Tuhan. Kepemimpinan yang lemah dan penyembahan berhala merajalela, menciptakan ketidakpuasan di kalangan rakyat dan para hamba Tuhan. Dalam situasi seperti inilah, Tuhan bekerja melalui hamba-Nya, nabi Elisa, untuk menginisiasi perubahan. Niat Tuhan adalah untuk menegakkan kembali kebenaran dan keadilan di Israel.
Ayat 2 Raja-raja 9:13 mencatat bagaimana para perwira dan orang-orang penting yang bersama dengan Yosua, sebagai salah satu panglima raja, dengan cepat bereaksi terhadap perintah tersembunyi yang diberikan oleh utusan Elisa. Perintah ini adalah untuk mengurapi Yosua sebagai raja. Adegan ini digambarkan dengan sangat jelas: para perwira mengambil pakaian mereka, simbol otoritas dan kebesaran, lalu meletakkannya di tangga – panggung pengakuan publik – bagi Yosua. Puncaknya adalah seruan serentak yang mengumumkan pelantikan Yosua: "Yosua menjadi raja!" Suara sangkakala yang mengiringi pengumuman tersebut semakin menambah dramatisnya momen itu.
Mengapa pengurapan ini begitu mengejutkan? Yosua adalah seorang prajurit yang gagah berani, dikenal karena keberaniannya di medan perang. Namun, posisinya sebagai panglima tidak secara otomatis menempatkannya sebagai pewaris takhta. Pengurapan ini adalah campur tangan ilahi yang menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar bagi Yosua. Keputusan untuk mengurapinya sebagai raja bukanlah hasil dari intrik politik atau perebutan kekuasaan, melainkan implementasi dari kehendak Tuhan yang disampaikan melalui nabi-Nya. Ini adalah bukti bahwa Tuhan memilih dan mengangkat pemimpin sesuai dengan tujuan-Nya.
Bagi Yosua sendiri, momen ini pasti penuh dengan berbagai emosi. Dari seorang pelayan setia raja, ia tiba-tiba diangkat menjadi pemimpin tertinggi bangsa. Tanggung jawab yang besar terbentang di hadapannya. Namun, dengan pengurapan ini, ia juga diberikan otoritas dan kekuatan dari Tuhan untuk menjalankan tugasnya. Pengurapan ini bukan hanya memberikan gelar, tetapi juga mandat ilahi untuk memulihkan Israel dan mengembalikan kesetiaan bangsa kepada Tuhan. Kisah Yosua, yang dimulai dari ayat 2 Raja-raja 9:13, adalah pengingat bahwa Tuhan seringkali memilih orang-orang yang tidak terduga untuk melaksanakan rencana-Nya yang luar biasa, dan bahwa kedaulatan-Nya selalu bekerja untuk membawa kebaikan bagi umat-Nya.