"Maka Yehu mengendarai keretanya, lalu ia maju untuk melawan Zaimar, dan Yoram, raja Israel, dan Ahazya, raja Yehuda, yang sedang bertemu di sana."
Ayat Alkitab, khususnya dari kitab 2 Raja-raja 9:21, seringkali menyimpan pelajaran berharga yang relevan bagi kehidupan kita di masa kini. Ayat ini menggambarkan sebuah momen krusial dalam sejarah Israel kuno, di mana Raja Yehu diperintahkan untuk menumpas dinasti Ahab yang telah membawa banyak kebejatan moral dan spiritual ke dalam bangsa. Perintah ilahi yang jelas ini mendorong Yehu untuk bertindak tegas, mengendarai keretanya dengan penuh keyakinan menuju pertempuran melawan Raja Yoram dari Israel dan Raja Ahazya dari Yehuda yang sedang bertemu.
Meskipun ayat ini berbicara tentang konfrontasi fisik dan politik, kita dapat menarik hikmat rohani di baliknya. Perintah Allah kepada Yehu adalah contoh konkret dari kesetiaan dan ketaatan pada firman Tuhan, bahkan ketika menghadapi situasi yang sulit dan berbahaya. Yehu tidak ragu atau menunda; ia segera melaksanakan tugasnya. Ini mengajarkan kita pentingnya merespons panggilan ilahi dengan cepat dan berani. Seringkali, kita memiliki pemahaman tentang apa yang benar dan apa yang harus kita lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan, namun kita cenderung menundanya karena ketakutan, keraguan, atau kenyamanan duniawi.
Pesan yang tersirat dari 2 raja raja 9 21 adalah tentang konsekuensi dari ketidaktaatan dan kemurtadan. Dinasti Ahab telah menyimpang jauh dari jalan Tuhan, mengabaikan hukum-Nya, dan menyembah berhala. Tindakan Yehu adalah bagian dari pemulihan tatanan ilahi yang telah dirusak. Bagi kita, ini adalah pengingat bahwa hidup dalam kebenaran dan kesucian adalah prioritas. Ketika kita mengabaikan prinsip-prinsip ilahi dalam kehidupan pribadi, keluarga, atau komunitas, kita membuka pintu bagi pengaruh negatif dan kehancuran.
Lebih jauh lagi, ayat ini menyoroti pentingnya keberanian dalam membela kebenaran. Yehu menghadapi para raja yang berkuasa, sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian luar biasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak menghadapi pertempuran fisik, tetapi kita dihadapkan pada kesempatan untuk membela kebenaran firman Tuhan, untuk berbicara melawan ketidakadilan, atau untuk membuat pilihan yang sulit demi menjaga integritas moral kita. Keberanian semacam ini tidak datang dari diri sendiri, melainkan dari iman yang teguh kepada Allah.
Kisah Yehu juga menunjukkan bahwa Allah bekerja melalui alat-Nya untuk mencapai tujuan-Nya. Yehu, meskipun memiliki kelemahan manusiawi, dipilih oleh Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya. Ini memberi kita harapan bahwa kita pun dapat digunakan oleh Tuhan, terlepas dari siapa kita atau di mana posisi kita. Yang terpenting adalah hati yang bersedia dan patuh.
Dengan merenungkan 2 raja raja 9 21, kita diingatkan untuk senantiasa memeriksa hati kita, memastikan bahwa kita berjalan dalam ketaatan kepada Tuhan, berani membela kebenaran, dan selalu siap untuk merespons panggilan-Nya. Biarlah firman ini menjadi inspirasi bagi kita untuk hidup lebih disiplin, lebih berani, dan lebih setia kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Bacaan lebih lanjut dapat ditemukan di kitab 2 Raja-raja, pasal 9.