Ayat 2 Samuel 18:30 membawa kita pada momen dramatis setelah pertempuran sengit antara pasukan Raja Daud melawan pemberontakan yang dipimpin oleh putranya sendiri, Absalom. Suasana tegang dan penuh kecemasan menyelimuti raja saat ia menunggu kabar dari medan perang.
Setelah pertempuran besar di hutan Efraim, di mana ribuan orang tewas, termasuk putra raja yang durhaka, Absalom, Raja Daud mengirimkan dua orang utusan untuk mendapatkan kabar. Yang pertama adalah Ahimaas, seorang pelari yang cakap dan mungkin memiliki kedekatan pribadi dengan raja. Namun, sebelum Ahimaas sempat menyampaikan berita yang sebenarnya, Daud mengirimkan Kusi, utusan lain, untuk mencari tahu hasil pertempuran.
Dalam ayat ini, kita melihat Kusi berlari menuju raja, dan sesampainya di hadapannya, Daud bertanya dengan penuh harap dan kekhawatiran: "Baiklah, engkau pergi, hai orang Kusi! Coba lihat, siapakah gerangan yang datang dari sebelah sana di padang gurun." Pertanyaan ini mencerminkan kerinduan Daud untuk mengetahui nasib anaknya, Absalom, meskipun Absalom telah memberontak melawannya. Raja telah memberikan instruksi agar Absalom diperlakukan dengan lembut, menunjukkan sisi kebapakan yang masih ada meskipun dalam situasi konflik.
Kusi pun berlari, dan "lihatlah, orang Etam datang." Kedatangan orang Etam ini adalah pertanda bahwa ada berita penting yang akan disampaikan. Kita bisa membayangkan ketegangan yang dirasakan Daud. Ia tidak hanya ingin tahu hasil perang, tetapi yang terpenting, nasib putranya. Dalam konteks ini, "orang Etam" bisa merujuk pada seseorang yang berlari dari arah tertentu, mungkin dari suku Etam, atau sekadar penanda geografis.
Ayat ini, meskipun singkat, mengungkapkan kompleksitas emosi seorang pemimpin. Di satu sisi, Daud adalah seorang raja yang harus memastikan kemenangan pasukannya dan kedaulatan kerajaannya. Di sisi lain, ia adalah seorang ayah yang merasakan kepedihan mendalam atas pengkhianatan dan kemungkinan kematian anaknya. Keengganan Daud untuk mendengar berita kematian Absalom secara langsung dari Ahimaas, yang kemudian ia temui, menunjukkan betapa beratnya beban emosional yang ia pikul.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa bahkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah, seperti Raja Daud, adalah manusia biasa dengan segala pergulatan emosi, cinta, dan duka. Dalam ketaatannya kepada Tuhan, ia juga menunjukkan kasih seorang ayah yang luar biasa, meskipun dihadapkan pada situasi yang paling menyakitkan. Peristiwa ini menjadi pengingat akan konsekuensi dari pemberontakan dan kesedihan yang ditimbulkannya, serta keteguhan seorang raja yang harus menanggung beban takdir.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang kisah Raja Daud, Anda dapat membaca seluruh Kitab 2 Samuel di Alkitab. Peristiwa ini menyoroti pentingnya kepemimpinan yang adil, konsekuensi dari ketidaktaatan, dan kekuatan kasih keluarga yang tak tergoyahkan, bahkan dalam situasi paling kelam.