Ayat 2 Tawarikh 13:19 ini merupakan penegasan yang kuat mengenai siapa sumber kekuasaan dan otoritas sejati di Israel. Pada masa itu, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua: Kerajaan Yehuda di selatan yang setia kepada Dinasti Daud dan Allah Yerusalem, serta Kerajaan Israel di utara yang dipimpin oleh Yerobeam, yang telah mendirikan ibadah berhala baru untuk menjauhkan rakyat dari bait Allah yang sah.
Konteks Sejarah dan Pesan Iman
Kisah ini terjadi dalam konteks perebutan kekuasaan dan perebutan kesetiaan umat Allah. Raja Abiam dari Yehuda berhadapan dengan Raja Yerobeam dari Israel. Dalam pertempuran yang terjadi, pasukan Yehuda yang lebih kecil namun dipimpin dengan iman dan mengandalkan Tuhan, berhasil mengalahkan pasukan Israel yang jauh lebih besar. Kemenangan ini bukanlah karena kekuatan militer semata, melainkan karena keberpihakan Allah kepada mereka yang setia kepada-Nya.
Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa kemenangan dan pemerintahan yang sah bukan berasal dari Yerobeam atau sekutu-sekutunya, melainkan dari "TUHAN Allah Israel". Ini adalah pengakuan bahwa Allah adalah penguasa tertinggi atas segala bangsa, termasuk atas kerajaan-kerajaan manusia. Allah memilih untuk memberikan pemerintahan dan berkat-Nya kepada mereka yang mengakui dan memelihara hubungan perjanjian dengan-Nya.
Prinsip Universal Kesetiaan
Meskipun berlatar belakang sejarah kerajaan kuno, pesan dalam 2 Tawarikh 13:19 memiliki relevansi universal yang mendalam. Ia mengajarkan kita bahwa kesetiaan kepada prinsip-prinsip ilahi dan kepercayaan yang teguh pada Allah adalah fondasi yang kokoh untuk segala aspek kehidupan. Dalam menghadapi tantangan, godaan, atau persaingan, prioritas harus selalu diberikan pada kesetiaan kepada kebenaran dan kehendak Tuhan.
Yerobeam, dengan upayanya untuk mengalihkan ibadah dari Yerusalem dan mendirikan sistem keagamaan sendiri, telah menunjukkan pemberontakan terhadap tatanan ilahi. Tindakannya adalah perbuatan iman yang sesat, yang akhirnya hanya akan membawa kehancuran. Sebaliknya, Raja Abiam dan Yehuda, meskipun mungkin dalam posisi yang kurang menguntungkan secara fisik, telah memilih untuk berpegang teguh pada perjanjian dengan Tuhan. Pilihan ini yang pada akhirnya mendatangkan berkat dan perlindungan ilahi.
Refleksi bagi Kehidupan Modern
Dalam dunia yang sering kali terpecah belah oleh berbagai ideologi, ambisi pribadi, dan tekanan sosial, ayat ini menjadi pengingat penting. Kita diingatkan untuk tidak terbuai oleh kemegahan duniawi atau tawaran kekuasaan yang datang dari sumber yang keliru. Sebaliknya, kita dipanggil untuk menempatkan kepercayaan kita sepenuhnya pada Tuhan, sumber segala kebaikan dan kebenaran. Kesetiaan kita kepada Tuhan adalah jangkar yang akan menopang kita di tengah badai kehidupan, dan pengakuan bahwa Dia memegang kendali atas segala sesuatu memberikan kedamaian dan kepastian.
Dengan memahami dan merenungkan 2 Tawarikh 13:19, kita diingatkan bahwa kekuasaan yang sejati dan berkat yang langgeng hanya dapat ditemukan dalam kesetiaan kepada TUHAN Allah kita.