2 Tawarikh 15 6: Damai dari Allah

"Bangsa akan berbangsa-bangsa dan kota akan melawan kota, sebab Allah mengacaukan mereka dengan bermacam-macam kesesakan."

Ayat dari 2 Tawarikh 15:6 ini memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi yang terjadi ketika umat Israel berpaling dari jalan Tuhan. Kata-kata "bangsa akan berbangsa-bangsa dan kota akan melawan kota" menggambarkan kekacauan dan ketidakstabilan yang meluas, baik dalam skala besar antar bangsa maupun dalam skala lebih kecil di dalam negeri itu sendiri. Ini bukan sekadar konflik biasa, melainkan sebuah gejolak yang disebabkan oleh campur tangan ilahi.

Penyebab utama dari kekacauan ini, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, adalah karena "Allah mengacaukan mereka". Ini bukanlah gambaran tentang Tuhan yang secara sembarangan menciptakan penderitaan, melainkan sebuah konsekuensi dari penolakan umat-Nya terhadap ajaran dan perintah-Nya. Ketika suatu bangsa atau masyarakat memilih untuk mengabaikan prinsip-prinsip keadilan, kebenaran, dan ketaatan kepada Tuhan, mereka secara otomatis membuka diri terhadap berbagai bentuk kesulitan dan konflik.

Dalam konteks sejarah Israel, banyak kali mereka mengalami periode di mana mereka menyembah allah lain atau menjalani cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Akibatnya, mereka seringkali menjadi sasaran invasi dari bangsa-bangsa lain, atau bahkan mengalami perpecahan internal yang menyebabkan perang saudara. Ayat 2 Tawarikh 15:6 ini seolah menjadi peringatan keras bahwa ketenteraman dan kedamaian sejati hanya dapat diperoleh melalui ketaatan kepada sumber kedamaian itu sendiri, yaitu Tuhan.

Pesan yang terkandung dalam ayat ini tetap relevan hingga kini. Kita melihat di berbagai belahan dunia bagaimana konflik antar bangsa dan kekacauan sosial seringkali terjadi. Meskipun ada faktor-faktor politik dan ekonomi yang kompleks, pemahaman teologis dari ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan dimensi rohani. Penolakan terhadap nilai-nilai moral dan spiritual yang bersumber dari Tuhan dapat mengarah pada erosi tatanan sosial, yang pada akhirnya memicu ketegangan dan konflik.

Penting untuk digarisbawahi bahwa Allah tidak selalu menjadi penyebab langsung dari setiap kesesakan, namun firman-Nya menyatakan bahwa ada konsekuensi logis dan ilahi ketika umat manusia secara kolektif menolak-Nya. Ketaatan kepada Tuhan membawa berkat, termasuk kedamaian dan stabilitas, sementara ketidaktaatan akan membuka pintu bagi berbagai bentuk kekacauan. Ayat 2 Tawarikh 15:6 ini mengajak kita untuk merefleksikan hubungan kita dengan Tuhan dan bagaimana keputusan kita, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, dapat mempengaruhi kedamaian yang kita alami.

Oleh karena itu, janji dan peringatan dalam ayat ini menjadi pengingat yang kuat bagi kita untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan, menaati firman-Nya, dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Dengan demikian, kita dapat berharap untuk mengalami kedamaian yang sejati, baik dalam diri sendiri, dalam keluarga, maupun dalam masyarakat luas. Kedamaian yang datang dari Allah adalah kedamaian yang utuh dan langgeng, yang tidak mudah goyah oleh badai kehidupan duniawi.

Simbol Kedamaian

Simbol kedamaian dan ketenteraman yang bersumber dari Tuhan.