2 Tawarikh 16:5

"Maka majulah bala tentara Ben-Hadad dengan kudanya yang banyak dan keretanya yang banyak, dan sangat mengepung Samaria. Lalu datanglah hamba itu kepada raja, dan berkata kepadanya: 'Ya tuanku raja, berilah perintah, dan tentara kita akan menyerang.' Tetapi raja Asa berkata: 'Tidak, janganlah engkau berbuat demikian, karena aku akan pergi kepada TUHAN dengan seluruh Yehuda.'"

Iman Melampaui Ketakutan Menghadapi Ancaman Terbesar

Ilustrasi: Simbol keyakinan dalam menghadapi kesulitan.

Konteks Kitab Tawarikh

Kitab Tawarikh, yang terdiri dari dua bagian, menyajikan kembali sejarah Israel dan Yehuda dari perspektif yang menekankan kesetiaan kepada TUHAN dan pentingnya ibadah yang benar. Penulis kitab ini, yang seringkali diyakini sebagai seorang imam atau lewita pada masa pembuangan, bertujuan untuk menginspirasi umat yang kembali ke tanah air mereka dengan mengingatkan mereka akan perjanjian Allah dan konsekuensi ketaatan serta ketidaktaatan. Fokus pada pemerintahan raja-raja, khususnya yang berpegang teguh pada hukum Taurat, menjadi ciri khas utama Tawarikh.

Ayat 2 Tawarikh 16:5 dan Konteksnya

Ayat kelima dari pasal enam belas kitab 2 Tawarikh menggambarkan momen krusial dalam pemerintahan Raja Asa dari Yehuda. Pada masa itu, Raja Ben-Hadad dari Aram, bersama dengan pasukannya yang besar, dikisahkan maju untuk mengepung Samaria, ibu kota Kerajaan Israel Utara. Ancaman ini jelas sangat serius, membawa rasa gentar dan ketakutan yang mendalam bagi mereka yang menghadapi serangan bersenjata. Deskripsi "kudanya yang banyak dan keretanya yang banyak" menekankan kekuatan militer yang tampak tak terkalahkan, menimbulkan kepanikan di kalangan rakyat dan bahkan para pejabat istana.

Dalam situasi genting seperti ini, reaksi yang paling umum adalah mengandalkan kekuatan manusia, strategi militer, atau aliansi. Hamba yang melaporkan berita ini kepada Raja Asa menyarankan tindakan defensif yang agresif: "Ya tuanku raja, berilah perintah, dan tentara kita akan menyerang." Ini adalah respons naluriah yang didasarkan pada logika dan kemampuan persenjataan yang dimiliki. Namun, Raja Asa, yang dikenal sebagai salah satu raja yang berusaha memperbaiki ibadah di Yehuda, memberikan respons yang berbeda secara fundamental.

Keputusan Raja Asa: Mengandalkan TUHAN

Jawaban Raja Asa adalah inti dari pesan ayat ini: "Tidak, janganlah engkau berbuat demikian, karena aku akan pergi kepada TUHAN dengan seluruh Yehuda." Keputusan ini bukanlah tanda kepasrahan atau ketakutan, melainkan sebuah pernyataan iman yang kuat. Alih-alih memobilisasi tentaranya untuk melawan kekuatan militer Ben-Hadad, Asa memutuskan untuk mencari pertolongan dari sumber yang jauh lebih besar dan lebih berkuasa: TUHAN sendiri. Ini adalah tindakan yang berani, menentang logika duniawi yang mengutamakan kekuatan fisik.

"Pergi kepada TUHAN" dalam konteks ini merujuk pada tindakan berdoa, memohon pertolongan ilahi, dan mempersembahkan korban sebagai tanda kerendahan hati dan pengakuan atas kedaulatan Allah. Asa menyadari bahwa kekuatan manusia terbatas, tetapi kuasa Allah tidak terbatas. Dalam menghadapi musuh yang tampaknya tak tertandingi, ia memilih untuk berpaling kepada Sang Pencipta segala sesuatu. Tindakannya ini juga melibatkan seluruh Yehuda, menunjukkan bahwa ini adalah keputusan seluruh bangsa, yang bersatu dalam iman dan permohonan kepada Allah.

Pelajaran Abadi dari 2 Tawarikh 16:5

Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Seringkali, kita dihadapkan pada masalah, tantangan, atau ancaman yang terasa begitu besar, sehingga membuat kita kewalahan. Dalam situasi seperti itu, godaan untuk mengandalkan kemampuan kita sendiri, mencari solusi duniawi, atau merasa putus asa sangatlah kuat. Namun, 2 Tawarikh 16:5 mengingatkan kita untuk tidak terperangkap dalam pola pikir yang semata-mata mengandalkan kekuatan jasmani atau kecerdasan manusia.

Ayat ini mengajarkan pentingnya iman kepada TUHAN. Ketika kita menghadapi situasi yang tampaknya mustahil, tempat pertama yang seharusnya kita tuju adalah hadirat Allah. Doa yang tulus, penyerahan diri, dan keyakinan bahwa Allah sanggup bertindak melampaui pemahaman kita adalah kunci untuk menemukan kekuatan sejati dan solusi yang seringkali tidak terduga. Raja Asa memilih jalan yang berbeda dari naluri umum, dan sejarah mencatat bahwa ia akhirnya menerima pertolongan dari TUHAN yang melampaui kemampuan manusia mana pun. Keputusan untuk mencari TUHAN di tengah kesulitan adalah sebuah ekspresi kepercayaan yang mendalam, sebuah pengakuan bahwa kekuatan terbesar tidak terletak pada jumlah tentara atau kecanggihan senjata, melainkan pada kuasa ilahi yang selalu tersedia bagi mereka yang berseru kepada-Nya.