2 Tawarikh 20:9 - Sumber Kekuatan di Tengah Kesulitan

"Dan apabila musuh akan datang menyerbu kita di siang hari atau di malam hari, dan kita tahu di mana mereka berada, maka kami akan menghadap kepada-Mu di tempat ini dan berseru kepada-Mu." (2 Tawarikh 20:9)
Iman di Tengah Badai

Simbol harapan dan kekuatan ilahi.

Menghadapi Ancaman: Ketakutan dan Ketergantungan

Ayat 2 Tawarikh 20:9 menjadi penegasan penting tentang posisi Israel di hadapan ancaman yang luar biasa. Raja Yosafat dan seluruh rakyat Yehuda dihadapkan pada invasi besar-besaran dari tiga bangsa kuat: orang Amon, orang Moab, dan orang Meon-Ezer. Situasi ini bukan sekadar tantangan militer, melainkan ancaman eksistensial yang menggoyahkan fondasi keamanan dan ketentraman mereka.

Dalam situasi genting seperti inilah, sebuah pengakuan yang jujur diutarakan. Ayat ini menyiratkan adanya pemahaman yang mendalam tentang kerentanan mereka. "Dan apabila musuh akan datang menyerbu kita di siang hari atau di malam hari..." kalimat ini menunjukkan kesadaran akan realitas ancaman yang konstan dan datang dari berbagai arah, tanpa mengenal waktu. Ketakutan adalah respons alami manusiawi ketika dihadapkan pada kekuatan yang jauh lebih besar.

Solusi Ilahi: Menghadap Tuhan

Namun, pengakuan akan ketakutan tidak berhenti pada keputusasaan. Titik krusial dalam ayat ini adalah langkah selanjutnya yang diambil: "...dan kita tahu di mana mereka berada, maka kami akan menghadap kepada-Mu di tempat ini dan berseru kepada-Mu." Ini adalah inti dari strategi Yosafat. Alih-alih mengandalkan kekuatan militer mereka sendiri yang jelas tidak sebanding, mereka memilih untuk mengalihkan pandangan dari musuh yang tampak dan mengarahkannya kepada sumber kekuatan yang sejati.

Frasa "menghadap kepada-Mu di tempat ini" menunjukkan sebuah komitmen untuk mendekat kepada Tuhan. "Tempat ini" bisa merujuk pada Bait Allah di Yerusalem, pusat ibadah dan kehadiran Tuhan bagi bangsa Israel. Ini adalah tindakan iman yang menunjukkan bahwa mereka tidak mencari solusi di tempat lain, tetapi secara spesifik di hadirat Tuhan. Mereka memahami bahwa kekuatan dan kemampuan mereka terbatas, namun kekuatan Tuhan tidak terhingga.

Doa dan Seruan: Fondasi Kemenangan

Selanjutnya, mereka bertekad untuk "berseru kepada-Mu." Seruan ini bukan sekadar permintaan biasa, melainkan ungkapan ketergantungan total dan permohonan pertolongan dari sumber yang mereka yakini mampu mengatasi segala kesulitan. Doa dan seruan menjadi senjata utama mereka. Ini adalah pengakuan bahwa meskipun musuh terlihat jelas, kemenangan bukanlah hasil dari strategi perang manusiawi semata, melainkan intervensi ilahi.

Kisah dalam 2 Tawarikh pasal 20 selanjutnya mengkonfirmasi keefektifan pendekatan ini. Tuhan mendengar seruan mereka, mengirimkan nabi-Nya untuk memberikan perkataan penghiburan dan janji kemenangan. Hasilnya adalah kekalahan telak musuh tanpa perlu pertempuran langsung oleh pasukan Yehuda. Mereka hanya perlu datang untuk memungut rampasan perang.

Aplikasi untuk Kehidupan Modern

Kisah ini menawarkan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Dalam menghadapi berbagai tantangan hidup – baik itu masalah keuangan, kesehatan, relasi, atau pergumulan rohani – seringkali kita merasa kecil dan tidak berdaya. Ketika ancaman terasa nyata, godaan untuk mengandalkan kekuatan diri sendiri atau mencari solusi duniawi seringkali lebih dominan. Namun, 2 Tawarikh 20:9 mengingatkan kita akan kekuatan sejati yang tersedia.

Menghadap Tuhan dalam doa, mengakui keterbatasan kita, dan berseru kepada-Nya adalah jalan menuju kekuatan yang melampaui pemahaman kita. Ini bukan tentang menghindari masalah, tetapi tentang menghadapinya dengan sumber daya yang paling kuat. Seperti Yosafat dan rakyatnya, ketika kita mengalihkan pandangan dari kesulitan yang tampak dan mengarahkannya kepada Tuhan, kita menemukan sumber daya, keberanian, dan kemenangan yang hanya Dia yang dapat berikan. Iman yang bergantung pada Tuhan adalah fondasi kokoh di tengah badai kehidupan.