"Sebab TUHAN merendahkan Yehuda oleh karena Ahaz, raja Israel, sebab ia berlaku kurang ajar di antara orang Israel dan sangat berkesalahan terhadap TUHAN."
Ayat 2 Tawarikh 28:19 merupakan penggalan penting dari catatan sejarah Kerajaan Yehuda, khususnya pada masa pemerintahan Raja Ahaz. Ayat ini menjelaskan akar penyebab dari kemunduran dan penindasan yang dialami oleh Yehuda. Intinya, kekalahan dan kesengsaraan yang menimpa umat Allah pada masa itu tidak datang tanpa alasan, melainkan merupakan konsekuensi langsung dari tindakan dan sikap raja mereka. TUHAN merendahkan Yehuda karena kepemimpinan Raja Ahaz yang dianggap "berlaku kurang ajar" dan "sangat berkesalahan terhadap TUHAN."
Untuk memahami konteks ayat ini, kita perlu melihat lebih jauh apa yang dimaksud dengan "berlaku kurang ajar" dan "sangat berkesalahan." Raja Ahaz dikenal dalam sejarah Alkitab sebagai salah satu raja Yehuda yang paling jahat. Ia menggantikan ayahnya, Yotam, dan memerintah Yehuda selama 16 tahun. Alih-alih meniru kesalehan ayahnya, Ahaz justru terjerumus ke dalam praktik-praktik penyembahan berhala yang sangat menjijikkan. Ia menyalakan korban bagi para dewa asing, bahkan mengorbankan anak-anaknya sendiri di api, sebuah tindakan kekejaman yang dilarang keras oleh hukum Taurat. Kemurtadannya sangatlah radikal, bahkan ia merusak Bait Allah di Yerusalem, menutup pintu-pintunya, dan mendirikan mezbah-mezbah di setiap sudut kota Yerusalem.
Dalam upayanya mencari pertolongan, Ahaz tidak berpaling kepada TUHAN, melainkan kepada raja Asyur, Tiglat-Pileser. Ia mengirimkan emas dan perak dari Bait TUHAN sebagai upeti untuk mendapatkan bantuan militer. Namun, bantuan ini justru berujung pada penindasan yang lebih besar. Raja Asyur, sebagai imbalan atas upeti tersebut, tidak hanya membantunya dalam pertempuran melawan musuh-musuhnya (yaitu Aram dan Kerajaan Israel Utara), tetapi juga menaklukkan berbagai wilayah Yehuda, membawa rakyatnya ke pembuangan, dan menjadikan Yehuda sebagai negara vasal yang terbebani pajak berat. Asyur juga membawa berhala-berhala ke Yerusalem, memperparah kondisi keagamaan yang sudah buruk.
Ayat 2 Tawarikh 28:19 secara ringkas merangkum seluruh kehancuran ini sebagai tindakan penghukuman dari TUHAN. Keberdosaan Ahaz yang merajalela, penolakannya terhadap ajaran TUHAN, dan penyembahan berhalanya adalah penyebab utama TUHAN mengizinkan musuh-musuh Yehuda untuk menyerang dan menindas mereka. TUHAN memperkenankan Israel (dalam hal ini, Kerajaan Asyur yang mewakili bangsa-bangsa yang memberontak terhadap perintah Allah) untuk menaklukkan Yehuda, menunjukkan bahwa ketidaktaatan kepada Allah akan selalu membawa konsekuensi.
Ini adalah pelajaran yang abadi bagi umat Allah di segala zaman. Ketika kepemimpinan gereja atau individu umat percaya menyimpang dari ajaran Firman Tuhan, mengabaikan perintah-perintah-Nya, dan malah mengikuti keinginan duniawi atau mengadopsi nilai-nilai yang bertentangan dengan kekudusan Allah, maka kerentanan terhadap serangan spiritual dan kehancuran akan meningkat. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya integritas rohani, ketaatan yang tulus kepada Allah, dan konsekuensi serius dari kemurtadan.
TUHAN tetap berdaulat atas segala bangsa dan sejarah, dan kesetiaan kepada-Nya adalah jalan menuju berkat dan perlindungan.