Keindahan Tirai Bait Allah
Ayat 2 Tawarikh 3:14 berbicara tentang salah satu elemen dekoratif yang paling memukau di dalam Bait Allah, yaitu tirai. Tirai ini bukan sekadar penutup biasa, melainkan sebuah karya seni yang penuh makna, dibuat dengan detail yang sangat teliti dan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi.
Bahan-bahan yang disebutkan—benang biru tua, ungu, kirmizi, dan kain lenan halus—menggambarkan kemewahan dan kekudusan. Warna biru tua seringkali melambangkan langit, keilahian, dan kebenaran. Ungu adalah warna kerajaan, melambangkan kemuliaan dan otoritas. Kirmizi, yang merupakan warna merah pekat, dapat diartikan sebagai pengorbanan dan kasih. Sedangkan kain lenan halus menunjukkan kemurnian dan kebersihan. Kombinasi warna-warna ini menciptakan visual yang kaya dan mendalam, mencerminkan sifat-sifat Tuhan yang luar biasa.
Simbolisme Kerub-kerub
Hal yang paling signifikan dari tirai ini adalah adanya gambaran kerub-kerub. Kerub adalah makhluk surgawi yang sering digambarkan menjaga kehadiran Allah atau tahta-Nya. Kehadiran kerub-kerub pada tirai ini memberikan penekanan bahwa di balik tirai tersebut terdapat tempat yang sangat suci, tempat di mana Allah berdiam dan di mana mezbah pendamaian berada.
Dalam tradisi Israel kuno, tirai ini memisahkan Ruang Maha Kudus dari Ruang Suci. Hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke Ruang Maha Kudus, itu pun hanya setahun sekali pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur). Tirai ini secara fisik melambangkan pemisahan antara manusia yang berdosa dengan Allah yang Maha Kudus. Namun, desainnya yang penuh dengan simbolisme surgawi juga memberikan harapan akan adanya hubungan yang dimungkinkan antara Allah dan umat-Nya.
Koneksi Teologis
Dalam narasi Perjanjian Baru, Perjanjian Baru memperlihatkan bagaimana tirai Bait Allah terbelah dua dari atas ke bawah pada saat kematian Yesus (Matius 27:51). Peristiwa ini menjadi simbol dramatis dari terbukanya jalan bagi semua orang untuk mendekat kepada Allah melalui pengorbanan Kristus. Tidak ada lagi pemisahan fisik yang menghalangi. Melalui Yesus, kita dapat masuk ke hadirat Allah dengan keberanian.
Oleh karena itu, ayat 2 Tawarikh 3:14, yang menggambarkan keindahan dan kekudusan tirai Bait Allah beserta simbolisme kerub-kerubnya, tidak hanya memberikan gambaran arsitektural dan artistik dari ibadah kuno, tetapi juga memiliki makna teologis yang dalam. Tirai ini mengingatkan kita akan kesucian Allah, pemisahan karena dosa, namun juga harapan akan penebusan dan akses menuju hadirat-Nya, sebuah harapan yang sepenuhnya terwujud dalam Kristus Yesus.