2 Tawarikh 31:9 - Persembahan yang Melimpah dari Rakyat Hizkia

"Dan Hizkia menyuruh imam-imam dan orang-orang Lewi untuk membawakan persembahan kepada TUHAN, sesuai dengan jumlah mereka, sesuai dengan korban yang dipersembahkan bagi TUHAN."

PERSEMBAHAN

Kitab 2 Tawarikh mencatat dengan rinci kebangunan rohani yang dipimpin oleh Raja Hizkia di Yehuda. Salah satu momen paling menonjol adalah pemulihan ibadah kepada TUHAN yang telah lama terabaikan oleh generasi sebelumnya. Ayat 2 Tawarikh 31:9 ini menjadi saksi bisu dari kesungguhan Hizkia dalam mengembalikan ketaatan kepada hukum Allah, yang berujung pada berkat yang melimpah bagi umat-Nya.

Setelah memulihkan Bait Suci, membersihkannya dari berhala-berhala, dan menetapkan tata tertib ibadah, Hizkia tidak berhenti sampai di situ. Ia memahami bahwa pemulihan yang sejati harus mencakup partisipasi aktif seluruh umat. Oleh karena itu, ia mengeluarkan perintah agar para imam dan orang-orang Lewi mengumpulkan persembahan dari seluruh penjuru negeri. Perintah ini bukan sekadar permintaan biasa, melainkan instruksi yang spesifik: mengumpulkan persembahan sesuai dengan jumlah umat dan korban yang seharusnya dipersembahkan. Ini menunjukkan adanya sistem yang terorganisir dan adil dalam pengumpulan persembahan.

Tindakan Hizkia ini memiliki makna yang sangat dalam. Pertama, ini mencerminkan kepemimpinan yang berorientasi pada firman Tuhan. Ia mengacu pada hukum Musa yang mengatur tentang persembahan dan persepuluhan. Ketaatan pada prinsip-prinsip ilahi adalah fondasi dari pemerintahannya. Kedua, ini adalah upaya untuk memelihara dan memberdayakan para pelayan Tuhan. Dengan mengumpulkan persembahan secara teratur, para imam dan orang Lewi dapat menjalankan tugas mereka tanpa terganggu oleh kebutuhan materiil. Kehidupan mereka terjamin, sehingga mereka bisa fokus pada pelayanan rohani.

Lebih lanjut, ayat ini menyoroti keterlibatan seluruh umat. Hizkia tidak hanya memerintahkan para pemimpin agama, tetapi secara implisit juga menyerukan kepada seluruh rakyat Yehuda untuk memberikan kontribusi mereka. Persembahan yang dikumpulkan adalah cerminan dari ketaatan, rasa syukur, dan pengakuan atas kedaulatan Allah. Ketika umat memberikan persembahan mereka, mereka tidak hanya memberikan materi, tetapi juga hati mereka. Kebangunan rohani yang sejati selalu memanifestasikan dirinya dalam tindakan nyata, termasuk dalam hal memberi.

Hasil dari ketaatan Hizkia dan partisipasi umat tercatat dengan gemilang di ayat-ayat selanjutnya. Persembahan yang terkumpul menjadi sangat banyak, melebihi apa yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika umat menaati perintah Tuhan dan memberikan dengan sukarela, Allah membuka tingkap-tingkap langit dan melimpahkan berkat-Nya. Kebangunan rohani yang dipelopori oleh Hizkia tidak hanya memperbaiki ibadah, tetapi juga membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi seluruh kerajaan Yehuda.

Kisah 2 Tawarikh 31:9 mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan yang tulus kepada Tuhan, peran kepemimpinan yang memimpin pada kebenaran, serta sukacita dan berkat yang mengalir ketika seluruh umat berpartisipasi dalam ibadah dan pelayanan.