2 Tawarikh 9:31

"Lalu rebateslah Salomo ke rumahnya. Ia mendamaikan dirinya dengan keluarga bendaharanya yang meliputi dua belas orang yang memakan habis segala persediaan yang telah diurusnya."

Raja

Ayat 2 Tawarikh 9:31 membawa kita pada sebuah momen yang mungkin terdengar sederhana, namun sarat makna dalam narasi kehidupan Raja Salomo. Setelah rentetan peristiwa megah dan pengabdian luar biasa, termasuk pembangunan Bait Allah yang penuh kemuliaan dan kunjungan Ratu Syeba yang legendaris, ayat ini menggambarkan Salomo kembali ke kehidupan pribadinya, ke rumah dan keluarganya. Ini adalah pengingat bahwa bahkan tokoh-tokoh besar, para pemimpin yang diberkati Tuhan, memiliki dimensi personal yang sama pentingnya.

Frasa "Lalu rebateslah Salomo ke rumahnya" menyiratkan sebuah kembalinya ke rutinitas, ke tempat perlindungan pribadi setelah kesibukan yang luar biasa. Pembangunan Bait Suci dan kemakmuran Israel di bawah pemerintahannya adalah bukti nyata dari hikmat dan berkat Tuhan. Namun, ayat ini menyoroti bahwa kesuksesan luar biasa tidak membuat seseorang kebal dari kebutuhan akan ketenangan dan hubungan personal. Rumah adalah tempat penyembuhan, pemulihan, dan pemeliharaan, bahkan bagi seorang raja yang diagungkan.

Selanjutnya, ayat ini menyebutkan bahwa Salomo "mendamaikan dirinya dengan keluarga bendaharanya." Kata "mendamaikan" di sini bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Bisa jadi, setelah sekian lama tenggelam dalam proyek-proyek besar, ada kesibukan yang mungkin mengabaikan beberapa aspek hubungan keluarga, atau mungkin ada kebutuhan untuk memperkuat kembali ikatan tersebut. Ini bisa berarti memperbaiki, memulihkan, atau sekadar menghabiskan waktu berkualitas untuk mempererat kembali hubungan yang mungkin sedikit renggang karena beban tugas.

Keterlibatan "dua belas orang yang memakan habis segala persediaan yang telah diurusnya" memberikan gambaran tentang skala kebutuhan yang ditanggung oleh para bendahara Salomo. Jumlah dua belas ini sendiri sering kali memiliki makna simbolis dalam Alkitab, mengingatkan kita pada dua belas suku Israel. Pengelolaan kekayaan yang begitu besar, bahkan sampai "memakan habis persediaan," menunjukkan betapa aktifnya kegiatan dan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah kerajaan yang makmur. Salomo, sebagai raja, memikul tanggung jawab atas pengelolaan ini, dan ia harus menyeimbangkan kesibukannya dengan kebutuhan-kebutuhan ini.

Lebih dalam lagi, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, antara tanggung jawab publik dan kebutuhan emosional, antara pencapaian besar dan hubungan yang hangat. Keberhasilan yang tidak disertai dengan hubungan yang sehat bisa menjadi kesepian. Kemakmuran yang tidak dirasakan dalam kehangatan keluarga dapat terasa hampa. Salomo, dalam kemuliaannya, tidak lepas dari kebutuhan dasar ini.

Pelajaran dari 2 Tawarikh 9:31 adalah sebuah pengingat yang sangat relevan bagi kita di zaman modern. Dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, dengan tuntutan pekerjaan, teknologi, dan berbagai kesibukan lainnya, sering kali kita lupa untuk "rebah" ke rumah kita, untuk memelihara hubungan dengan orang-orang terkasih. Menginvestasikan waktu dan perhatian pada keluarga dan hubungan pribadi adalah sama pentingnya, jika tidak lebih penting, daripada pencapaian profesional atau materi. Memperbaiki dan memperkuat hubungan, mengelola sumber daya dengan bijak, dan menemukan kedamaian di tengah kesibukan adalah kunci untuk kehidupan yang seimbang dan memuaskan, seperti yang tersirat dalam momen ketenangan Salomo ini.

Kisah Salomo mengingatkan kita bahwa kepemimpinan dan kemakmuran adalah aspek yang berharga, namun kehangatan rumah tangga dan kekuatan hubungan personal adalah fondasi yang tak tergantikan.